on Selasa, 31 Mei 2011
Benarkah langit itu biru, taman itu hijau dan pasir itu putih.

Benarkah madu itu manis, maja itu pahit.

Apakah kayu itu benda kaku, sutera itu lemas.

Benarkah batu itu benda mati.

Betulkah kaca itu bening, tembok itu masif tak tembus cahaya.


*

Tentu saja tidak.

Semua yang bisa dilihat, diraba, dicium dan dirasa bukanlah hakekat. Cahaya yang terbias melalui prisma terurai menjadi tujuh. Apakah tujuh warna itu hakikat?

Tidak.

Tujuh warna adalah spektrum panjang gelombang, perbedaan frekuensi, tidak lebih dan tidak kurang.

Namun itulah keterbatasan mata manusia.

Kelemahan mata kita adalah nikmat Allah sebagai indera yang tidak mampu melihat spektrum gelombang dan merasakan getaran frekuensi sebagai getaran. Yang terjadi hanyalah reaksi saraf di selaput jala mata yang menerima getaran dan meneruskan ke pusat syaraf di otak yang menterjemahkan getaran berita syaraf menjadi warna dan bentuk.

Tetapi gelombang cahaya bukanlah warna. Daun yang hijau bukanlah hijau.

Hijau adalah bahasa otak yang menerima getaran syaraf berdasarkan informasi selaput jala dari sejumlah getaran gelombang dengan frekuensi tertentu yang datang ke arah kita setelah ditolak oleh daun yang menerima cahaya.

Warna-warna pada hakikatnya adalah bukan warna.

***

Gula adalah gula. Manisnya gula bukanlah hakikat gula. Untuk yang sehat gula itu manis. Bagi si sakit, syaraf lidahnya memberi isyarat yang berbeda… gula itu pahit. Manis dan pahit adalah bahasa otak, sedangkan gula adalah GULA.

Dinding tembok tidaklah masif. Karena dinding terdiri dari molekul yang terikat dalam ruang kosong antar molekul. Molekul terdiri dari atom yang tergabung dalam ruang antar atom. Sayangnya mata kita amat lemah dan tidak mampu melihat elektron berputar seperti planet di sekeliling matahari. Tembok menjadi masif, karena mata tidak mampu melihat ruang kosong diantara atom dan molekul.

***

Maka seniman menampilkan dunia yang berbeda, karena dunia ini memang tidak seperti yang terlihat. Jika kita melihat langit itu biru, seniman menggambarkan hitam legam bergaris putih atau seperti bulu merak aneka warna.

Seorang saintis berbeda dengan seorang seniman. Jika seniman mencari hakekat dengan intuisi dan perasaan, maka saintis menggunakan rumus-rumus dan hitungan.

Maka hakikat bintang berjarak 5 juta tahun cahaya dari bumi tidak kita tahu. Karena yang kita lihat adalah masa lampau bintang jutaan tahun yang lalu. Karena itu mata adalah mudah dibohongi. Mungkinkah kita silau oleh kilatan cahaya sesuatu yang sebenarnya tidak berwujud.

Karena mata yang lemah, sinar ultra violet tidak terlihat. Begitu juga sinar infra merah. Meskipun secara hakikat kedua sinar tersebut ada, karena panjang gelombangnya tercatat oleh alat.

***

Lidah dan syaraf perasa yang tidak sempurna, ditambah otak yang mudah dimanipulasi. Jadi, dimanakah letak kekuatan manusia?

Alam yang kita lihat bukanlah alam sebenarnya, semata-mata istilah yang kita berikan sendiri. Padahal seluruh tanggapan indera kita bersifat relatif, bukan hakikat.

Yang berwarna sesungguhnya tidak berwarna
Yang masif sesungguhnya tidak masif
Yang terlihat sesunguhnya tidak terlihat
Yang terbatas sesungguhnya tak terbatas.


Lalu dimanakah mencari hakikat di alam semesta??
I.

Cinta mengubah kepahitan menjadi manis

tanah dan tembaga menjadi emas

yang keruh menjadi jernih

si pesakitan menjadi sembuh

penjara menjadi taman

derita menjadi nikmat

kekerasan menjadi kasih sayang


II.

Cintalah yang telah melunakkan besi

mencairkan batu

membangkitkan yang mati

meniupkan kehidupan pada jasad tak bernyawa

mengangkat hamba menjadi sang majikan

.

III.

Cinta bagaikan sayap

dengannya manusia terbang di angkasa

menggerakkan ikan menuju jala sang nelayan

menghantar si kaya meraih bintang di langit ketujuh

Cinta berjalan di gunung

maka gunungpun bergoyang menari

IV.

Cinta itu kekayaan sejati

takkan bersatu dengannya

singgasana raja dan sultan

siapa yang telah mencicipi

takkan ada lagi anggur yang melebihi

Cinta adalah raja diraja

kekuasaan rajapun bersujud di hadapannya

sultan dan khalifah menjadi budaknya

V.

Cinta bagaikan penyakit tanpa obat

setiap penderita meminta ditambahkan penderitaannya

dengan suka cita mereka berharap

kepedihan dan derita dilipatgandakan

Takkan ada minuman di dunia

yang manisnya melebihi racun ini

Takkan ada lagi kesehatan di dunia

yang lebih baik dari penyakit ini

Cinta memanglah penyakit

tetapi, penyakit yang menyembuhkan semua penyakit


siapa saja yang pernah mengidapnya

takkan pernah lagi menderita penyakit lain

VI.

Cinta adalah warisan Sang Adam

sedangkan kecerdikan itu barang dagangan syetan

tempat si cerdik dan bijaksana bersandar pada jiwa dan akalnya

Cinta berarti penyerahan dri

karena akal bagaikan seorang perenang

yang terkadang sampai ke tepian

sering juga tenggelam di tengah jalan

Tak sebanding dengan Cinta ini

ibarat bahtera Nuh yang terselamatkan

VII.

Tidak setiap kita berhak dicintai

karena syarat dicintai adalah akhlak dan keutamaan

namun ambil bagianmu sebagai pecinta dan nikmatillah

Jika dirimu tidak menjadi yang dicintai

maka jadilah yang mencintai

Jika dirimu tidak beruntung menjadi Yusuf

tak ada halangan bagimu menjadi Ya’kub






(Dicuplik dari sana-sini, dari berbagai buku dan literatur. Karena hampir semua buku Indonesia tentang Rumi diterjemahkan dari bahasa Inggris, menurut saya pribadi ada yang kurang dalam rasa bahasa - jadi dengan sangat terpaksa saya ubah disana-sini untuk menyesuaikan dengan rasa bahasa yang “menurut saya” lebih enak di hati. Mudah-mudahan tidak ada makna yang berkurang. Seandainya ada yang merasa tidak cocok dengan terjemahan ini, mohon dimaklumi saja)
Kalau kau sibuk berteori saja
Kapan kau sempat menikmati mempraktekkan teori?
Kalau kau sibuk menikmati praktek teori saja
Kapan kau sempat memanfaatkannya?

Kalau kau sibuk mencari penghidupan saja
Kapan kau sempat menikmati hidup?
Kalau kau sibuk menikmati hidup saja
Kapan kau hidup?

Kalau kau sibuk dengan kursimu saja
Kapan kau sempat memikirkan pantatmu?
Kalau kau sibuk memikirkan pantatmu saja
Kapan kau menyadari joroknya?

Kalau kau sibuk membodohi orang saja
Kapan kau sempat memanfaatkan kepandaianmu?
Kalau kau sibuk memanfaatkan kepandaianmu saja
Kapan orang lain memanfaatkannya?

Kalau kau sibuk pamer kepintaran saja
Kapan kau sempat membuktikan kepintaranmu?
Kalau kau sibuk membuktikan kepintaranmu saja
Kapan kau pintar?

Kalau kau sibuk mencela orang lain saja
Kapan kau sempat membuktikan cela-celanya?
Kalau kau sibuk membuktikan cela orang saja
Kapan kau menyadari celamu sendri?

Kalau kau sibuk bertikai saja
Kapan kau sempat merenungi sebab pertkaian?
Kalau kau sibuk merenungi sebab pertikaian saja
Kapan kau akan menyadari sia-sianya?

Kalau kau sibuk bermain cinta saja
Kapan kau sempat merenungi arti cinta?
Kalau kau sibuk merenung arti cinta saja
Kapan kau bercinta?

Kalau kau sibuk berkutbah saja
Kapan kau sempat menyadari kebijakan kutbah?
Kalau kau sibuk dengan kebijakan kutbah saja
Kapan kau akan mengamalkannya?

Kalau kau sibuk berdzikir saja
Kapan kau sempat menyadari keagungan yang kau dzikiri?
Kalau kau sibuk dengan keagungan yang kau dzikiri saja
Kapan kau kan mengenalnya?

Kalau kau sibuk berbicara saja
Kapan kau sempat memikirkan bicaramu?
Kalau kau sibuk memikirkan bicaramu saja
Kapan kau mengerti arti bicara?

Kalau kau sibuk mendendangkan puisi saja
Kapan kau sempat berpuisi?
Kalau kau sibuk berpuisi saja
Kapan kau akan memuisi?

(Kalau kau sibuk dengan kulit saja
Kapan kau sempat menyentuh isinya?
Kalau kau sibuk menyentuh isinya saja
Kapan kau sampai intinya?
Kalau kau sibuk dengan intinya saja
Kapan kau memakrifati nya-nya?
Kalau kau sibuk memakrifati nya-nya saja
Kapan kau bersatu denganNya?)

“Kalau kau sibuk bertanya saja
Kapan kau mendengar jawaban!”



Puisi berjudul “Kalau Kau Sibuk Kapan Kau Sempat” ditulis oleh K.H. Mustofa Bisri, pada 1987. Seringkali dibacakan oleh beliau di forum – forum Kegiatan Mahasiswa di era tersebut.
Sumber : “OHOI” Kumpulan Puisi Balsem K.H.A. Mustofa Bisri, Pustaka Firdaus, 1991.
Kalau engkau tak mampu menjadi beringin
yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
yang tumbuh di tepi danau

Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang
memperkuat tanggul pinggiran jalan

Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air

Tidaklah semua menjadi kapten
tentu harus ada awak kapalnya….
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi
rendahnya nilai dirimu
Jadilah saja dirimu….
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri
cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

1949
kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu

di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin

aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang

tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku

1949
Aku berpikir: Bulan inikah yang membikin dingin,
Jadi pucat rumah dan kaku pohonan?
Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin:
Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!

1947
Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak 'kan sampai padanya.

Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
"Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"

Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama 'kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,
kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.

1946
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

1946
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku

Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah...
kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

13 November 1943
kepada sri

Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti.
Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.

Maret 1943
Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang diatas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut

Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh

(1948)

Liberty,
Jilid 7, No 297,
1954
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti
Sudah itu mati.

MAJU

Bagimu Negeri
Menyediakan api.

Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai



Maju
Serbu
Serang
Terjang

(Februari 1943)
Budaya,
Th III, No. 8
Agustus 1954
Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

(1948)
Brawidjaja,
Jilid 7, No 16,
1957
Mulai kelam
belum buntu malam
kami masih berjaga
--Thermopylae?-
- jagal tidak dikenal ? -
tapi nanti
sebelum siang membentang
kami sudah tenggelam hilang

Zaman Baru,
No. 11-12
20-30 Agustus 1957
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu......
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu !

(1948)
Siasat,
Th III, No. 96
1949

AKU

Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu-sedan itu
Aku ini binatang jalan
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Pembangoenan,
No. 1, Th. I
10 Desember 1945
Tanpa ku sadari, engkau hadir dalam hatiku… . Tak banyak yg ingin ku ungkapkn… . Hanya itu. Mgkin ini salah, krn trlalu cepat ku mencintaimu smntara aq tak mengenalmu… . Ku hanya ingin memberimu cinta namun tak ada wadah yg kau berikan… . Engkau diam, aq pun diam… . Tak ada isyarat yg meyakinkn ku… Dan kini aku lemah dlm jebakan cintamu. Aku takut ketika ku sendiri. Namun ketakutn ku smkn menjadi2 ktka engkau hadir d hatiku… . Karna kini aq meragu…
mungkin kamu bukan seorang pahlawan yang harus aku kenang jasanya dengan tanda jasa… .
namun kamu juga bukan seorang guru yang harus hidup tanpa tanda jasa… .
lalu…
kamu siapa???
akupun tak tahu…
yang aku tahu kamu ada di ruang paling dalam di hatiku…
namun tidak ada dihidupku… .
malaikat kecil…
antarkan sekuntum bunga untuk Sang Pecinta
agar Dia tahu aku merinduNya..
malaikat kecil…
antarkan aku setetes air dari Sang Pecinta
agar hilang dahaga cintaku…
AkU akaN menJadI menTari… yang MeneManimu meNyaMbuT pagi…
aKu akan meNJadi buLaN… Yang Menjagamu dikala MaLam…
Namun cinTa lebih abaDi daRi SemuA ItU… Maka biarKan cinTaku menyelimuti haRI-HArimu… menemanimu… MenjAgamu… daN menDEkapmu… daLam keHamPaan…
Saat luka menyelimuti hati.
Saat cinta tak disini buat semuanya sepi. namun jika cinta itu memiliki perbedaan yang luar biasa terkadang membuat hati ini Bertanya. salahkah aku atas perasaan ini,,
Salahkah aku bila ku mencintainya mesti keyakinan adalah rintangan terbesar bagi ku dan dia.
Haruskah aku menepis perasaan ini,
bagiku itu sulit..
Hati ini tak sanggup melihatnya pergi..
Sunyi meraung sesaat malam datang..
Ini tak adil, namun jika memang ini adalah rintangan yang harus memisah cinta ini. kau tetap di hati ini untuk selamanya.. Didalam kesunyian malam dan jerit hati..
aku mohon padamu…
jangan pernah engkau mengatakan bahwa engkau mencintaiku hari ini… namun entah esok pagi…
karena aku mencintaimu… hari ini esok dan seterusnya…
Malampun tiba… Ku tatap bulan… Ku sedih… Ku sadar ku sendiri… Ku pandang bintang… Ku bahagia… Ku yakin ada banyak cinta untukku… Kan ku tunjuk satu bintang untuk temani malam-malamku…

Hingga esok pagi bintang kan tetap bersinar… Itulah Matahariku…
Ya Allah…Engkau Maha Pemaaf… Ampuni aku dgn segala dosa-dosaku… Maafkn segala khilafku…
Engkau Maha Penyayang… Sayangi aku… Sesak dadaku saat ku tahu cinta ini tak bertuan…
Engkau Maha Adil… Berikanlah keadilan pada hati ini… Biarkn dia merasakn kebahagian sejati…
Engkau Maha Suci… Ijinkn aku menemukan cinta suci d muka bumi ini…
Engkau Maha Pemberi… Berikanlah aku petunjukMU

ya Allah… Sapakh yg Engkau tunjuk sbg pemilik hati ini???
Aku yakin dengan kekuatan sebuah doa ya Allah… Kabulkanlah doa hambaMU ini ya Allah…

Amien ya Rabbal alamien…
BICARA WANITA
Bila dua orang wanita berbicara, mereka tidak mengatakan apa-apa; tetapi jika seorang saja yang berbicara, dia akan membuka semua tabir kehidupannya.

KESEDARAN
Aku tidak mengetahui kebenaran mutlak. Tetapi aku menyedari kebodohanku itu, dan di situlah terletak kehormatan dan pahalaku.

ILMU DAN AGAMA
Ilmu dan agama itu selalu sepakat, tetapi ilmu dan iman selalu bertengkar.

NILAI BURUK
Alangkah buruknya nilai kasih sayang yang meletakkan batu di satu sisi bangunan dan menghancurkan dinding di sisi lainnya.

MENUAI CINTA
Manusia tidak dapat menuai cinta sampai dia merasakan perpisahan yang menyedihkan, dan yang mampu membuka fikirannya, merasakan kesabaran yang pahit dan kesulitan yang menyedihkan.

KEHIDUPAN
Sebab kehidupan tidak berjalan mundur, pun tidak tenggelam dimasa lampau.

KERJA
Kerja adalah wujud nyata cinta. Bila kita tidak dapat bekerja dengan kecintaan, tapi hanya dengan kebencian, lebih baik tinggalkan pekerjaan itu. Lalu, duduklah di gerbang rumah ibadat dan terimalah derma dari mereka yang bekerja dengan penuh suka cita.

SELAMATKAN AKU
Selamatkan aku dari dia yang tidak mengatakan kebenaran kecuali kalau kebenaran itu menyakiti; dan dari orang yang berperilaku baik tetapi berniat buruk; dan dari dia yang memperoleh nilai dirinya dengan mencela orang lain.

CINTA
Salahlah bagi orang yang mengira bahwa cinta itu datang kerana pergaulan yang lama dan rayuan yang terus menerus.

Cinta adalah tunas pesona jiwa, dan jika tunas ini tak tercipta dalam sesaat, ia takkan tercipta bertahun-tahun atau bahkan abad.

CINTA
Ketika cinta memanggilmu maka dekatilah dia walau jalannya terjal berliku, jika cinta memelukmu maka dakaplah ia walau pedang di sela-sela sayapnya melukaimu.

CINTA
Cinta tidak menyedari kedalamannya dan terasa pada saat perpisahan pun tiba. Dan saat tangan laki-laki menyentuh tangan seorang perempuan mereka berdua telah menyentuh hati keabadian.

CINTA
Cinta adalah satu-satunya kebebasan di dunia kerana cinta itu membangkitkan semangat- hukum-hukum kemanusiaan dan gejala alami pun tak mampu mengubah perjalanannya.

CINTA
Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini, pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang

ATAS NAMA CINTA
Jangan kau kira cinta datang dari keakraban yang lama dan pendekatan yang tekun. Cinta adalah kesesuaian jiwa dan jika itu tak pernah ada, cinta tak akan pernah tercipta dalam hitungan tahun bahkan abad.

CINTA YANG BERLALU
Cinta berlalu di depan kita, terbalut dalam kerendahan hati; tetapi kita lari daripadanya dalam ketakutan, atau bersembunyi di dalam kegelapan; atau yang lain mengejarnya, untuk berbuat jahat atas namanya.

CINTA LELAKI
Setiap lelaki mencintai dua orang perempuan, yang pertama adalah imaginasinya dan yang kedua adalah yang belum dilahirkan.

TAKDIR CINTA
Aku mencintaimu kekasihku, sebelum kita berdekatan, sejak pertama kulihat engkau.

Aku tahu ini adalah takdir. Kita akan selalu bersama dan tidak akan ada yang memisahkan kita.

CINTA PERTAMA
Setiap orang muda pasti teringat cinta pertamanya dan mencuba menangkap kembali hari-hari asing itu, yang kenangannya mengubah perasaan direlung hatinya dan membuatnya begitu bahagia di sebalik, kepahitan yang penuh misteri.

LAFAZ CINTA
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu… Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.

LAFAZ CINTA
Jangan menangis, Kekasihku… Janganlah menangis dan berbahagialah, kerana kita diikat bersama dalam cinta. Hanya dengan cinta yang indah… kita dapat bertahan terhadap derita kemiskinan, pahitnya kesedihan, dan duka perpisahan.

KALIMAH CINTA
Apa yang telah kucintai laksana seorang anak yang tak henti-hentinya aku mencintai… Dan, apa yang kucintai kini… akan kucintai sampai akhir hidupku, kerana cinta ialah semua yang dapat kucapai… dan tak ada yang akan mencabut diriku dari padanya

CINTA DAN AIRMATA
Cinta yang dibasuh oleh airmata akan tetap murni dan indah sentiasa.

WANITA
Seorang wanita telah dilengkapi oleh Tuhan dengan keindahan jiwa dan raga adalah suatu kebenaran, yang sekaligus nyata dan maya, yang hanya bisa kita fahami dengan cinta kasih, dan hanya bisa kita sentuh dengan kebajikan.

BANGSA
Manusia terbahagi dalam bangsa, negara dan segala perbatasan. Tanah airku adalah alam semesta. Aku warganegara dunia kemanusiaan.
Saat ini aku terendap lara
Tenggelam didalam penyesalan
Ketika semua seakan pergi
Hempaskan aku di jalanmu
Diatas kertas putih ini
Ku goreskan hitamnya jiwa
Bersama lautan dosa
Tergambar jelas di satu sisi
Sucikan tuhan jiwaku
Biarkanlah meraihmu
Menembus dimensi waktu
Kembali dijalanmu.
Ya Allah…
Dimanakah ku harus berlabuh…
Saat semua dermaga menutup pintu,
Dan berkata “ ini bukan untukmu…”
“Segara menjauh karna disini bukan tempatmu….!!!”

Ya Allah…
Katakan padaku, dermaga untukku berlabuh…???
Agar ku segera menghela nafas kehidupan yang baru.
Sampai kapan ku harus arungi waktu,..
Ku lelah Menunggu suatu yang tak pasti walau hanya Satu,..

Ya Allah …
Beri aku penerang jalan-Mu
Agar tak tersesat saat ku melaju,..
Kuatkan awak kapalku,
Saat badai menghalangi jalanku

Ya Allah …
Tetaplah disisiku,
Jangan Engkau menjauh dariku…
Karna ku mati tanpa hadir-Mu