on Jumat, 11 Februari 2011

Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
Pecinta Alam Indonesia adalah bagian dari masyarakat
Indonesia sadar akan tanggung jawab kepada Tuhan, bangsa, dan
tanah air
Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa pecinta alam adalah sebagian
dari makhluk yang mencintai alam sebagai anugerah yang Mahakuasa
Sesuai dengan hakekat di atas, kami dengan kesadaran
menyatakan :
Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa
Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber alam
sesuai dengan kebutuhannya
Mengabdi kepada bangsa dan tanah air
Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat
sekitar serta menghargai manusia dan kerabatnya
Berusaha mempererat tali persaudaraan antara pecinta alam
sesuai dengan azas pecinta alam
Berusaha saling membantu serta menghargai dalam pelaksanaan
pengabdian terhadap Tuhan, bangsa dan tanah air
Selesai

disini downloads : http://www.mediafire.com/?qzdos28es8an3kg

Gunung Agung (3.142 mdpl), adalah gunung tertinggi di Pulau Bali, terletak diantara Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali. Gunung Agung masih termasuk dalam jajaran Gunung berapi yang berbentuk stratovolcano, gunung ini memiliki kawah yang lumayan besar dan dalam yang masih terlihat mengeluarkan asap dan uap air. Letak koordinat persisnya pada 8° 342′ LS dan 115° 508′ BT


Menuju Gunung Agung
Dari Pura Besakih gunung ini nampak runcing sempurna, padahal puncak gunung ini memanjang dan berakhir pada kawah yang melingkar dan lebar. Pendakian menuju puncak gunung ini dapat dimulai dari tiga jalur pendakian yaitu :
Dari selatan adalah dari selat lewat sangkan kuasa.
Dari tenggara ialah dari Budakeling lewat nangka
Dari Barat daya yang merupakan jalur pendakian yang umum digunakan oleh para pendaki yaitu dari Pura Besakih.
Gunung Agung bagi masyarakat setempat merupakan tempat suci yang juga sekaligus sebagai tempat beribadah mengagungkan para Dewa sesembahannya, terdapat beberapa sikap dan perilaku yang harus dijaga kuat oleh masyarakat maupun para pendaki. Perempuan yang sedang datang bulan (tidak suci) sangat tidak diperkenankan untuk melakukan pendakian ke gunung ini.
Jalur Pendakian Pura Besakih
Pura Besakih
Jalur pendakian melalui Pura Besakih adalah jalur umum/normal yang kebanyakan dipilih oleh para pendaki. Melalui jalur ini anda akan mendapat suguhan pemandangan Gunung Agung yang mengesankan dari sepanjang perjalanan. Juga akan menyaksikan masyarakat setempat yang melakukan peribadatan rutin di Pura Besakih, mengagungkan nama Tuhannya di tempat peribadatan yang cukup terkenal ini.
Melewati jalur Pura Besakih, para pendaki diharapkan mempersiapkan persediaan air yang cukup banyak, karena di sepanjang perjalanan tidak tersedia sumber air yang memadai. Meski di batas hutan terakhir terdapat sumber mata air, namun tidak diperkenankan untuk diambil karena mata air tersebut di sucikan oleh masyarakat setempat sebagai tempat yang suci untuk ritual peribadatan.
Sangat disarankan, ketika memutuskan untuk melakukan pendakian menuju Gunung Agung agar sebelumnya berkomunikasi dengan masyarakat setempat tentang hal-hal penting yang terkait dengan kebiasaan dan adat istiadat setempat. Misalnya membawa perbekalan dalam bentuk daging sapi juga sangat tidak disarankan untuk dibawa, bisa digantikan dengan lainnya yang tidak bertentangan dengan kepercayaan dan keyakinan masyarakat setempat.
Melewati jalur pendakian Pura Besakih, anda akan melewati jalan-jalan setapak yang relatif sempit, jika berpapasan dengan pendaki lain atau masyarakat terasa sedikit berhimpit sehingga salah satu perlu mengalah agar tidak bertabrakan. Lebih-lebih jika berpapasan dengan masyarakat yang sedang beriring-iringan membawa berbagai macam sesajian untuk upacara peribadatan keagamaan mereka. Sebelum melakukan pendakian anda perlu tahu tentang jadwal-jadwal penting upacara keagamaan mereka, lebih baik menunda jadwal sehari-dua hari dari pada harus memaksakan diri. Disamping menghormati ritual dan adat setempat, proses perjalanan anda tidak akan banyak terganggu karena harus sering mengalah oleh iring-iringan.

Gunung Agung Crater
Salah satu upacara yang terkenal di Pura Besakih adalah Ritual Ekadasa Rudra (perayaan setiap seratus tahun Pura Besakih), masih banyak lagi jenis upacara rutin lainnya yang dilakukan oleh masyarakat, salah satunya adalah upacara Air Suci.
Perjalanan diawali dari Pura Puseh lewat Pura Plawangan ke Pura Telaga mas kemudian perjalanan dilanjutkan ke Tirta dasar sampai di batas hutan terakhir atau dinamakan Hutan Pengubengan. Melewati kompleks Pura, jalanan tertata rapi, kemudian kita memasuki kawasan hutan yang agak landai sekitar 1/2 jam, selebihnya jalur terus menanjak.
Jalur yang dilewati sempit dengan sisi kiri kanan jurang, jalur ini terdiri dari tanah bercampur pasir dan kerikil sehingga sangat licin, bila hujan jalur akan semakin parah. Terdapat banyak tanjakan terjal melalui akar-akar pohon dengan berpegangan menggunakan akar.
Salah satu Pura terbesar yang juga dianggap oleh masyarakat Bali sebagai induk dari Pura-pura yang ada (the mother of temple) adalah Pura Besakih. Pura Besakih terletak di kaki Gunung Agung yang juga oleh masyarakat setempat dianggap sebagai Gunung Suci. Dalam bahasa Jawa Kuno, Besakih, Wasuki, atau Basuki memiliki arti “Selamat”. Selain itu juga Besakih di kaitkan dengan Naga Basuki, yaitu sosok yang berbentuk Naga yang menjadi bagian keyakinan masyarakat yang tinggal di Lereng Gunung Agung.
Perkemahan dapat dilakukan pada ketinggian 2500 meter atau setelah 5 jam pendakian melalui kawasan hutan. Di sini menjadi batas akhir hutan dan jalur agak lega dan terdapat tempat yang sedikit terbuka. Menjadi penarik bagi para pendaki karena dilokasi ini juga terdapat beberapa kelompok monyet yang cukup aktif mengawasi kita dari kejauhan, mereka tampak malu untuk mendekat dan bergerombol dengan kawanannya di antara tebing terjal.
Jalur berikutnya berupa tebing curam dengan batu-batu besar, pendaki harus merangkak dan memanjat tebing ini, pendaki harus mencari sendiri sisi tebing yang mana yang nyaman dipanjat. Selain sangat curam juga sangat berbahaya karena dibawahnya batu-batu besar siap menyambut kita bila sampai tergelincir kebawah, bisa-bisa pendaki akan menggelinding ke jurang yang lebih dalam lagi.
Setelah berhasil memanjat tebing, meskipun tanpa peralatan panjat tebing, kita akan disambut oleh lereng terjal dan tandus. Disini pendaki harus merangkak mendaki ke atas karena keterjalannya yang sangat curam. Pendaki akan tertipu seolah-olah disinilah puncak gunung agung, setelah bersusah payah memanjat tebing ini pendaki akan kecewa karena setelah sampai di puncak tebing tampak menjulang tinggi bukit pasir dan batuan yang jauh lebih tinggi dan lebih berbahaya.


Gunung Argapura merupakan sebuah gunung yang terdapat di pulau Jawa, Indonesia. Gunung Argapura mempunyai ketinggian setinggi 3.088 meter. Gunung ini sering juga disebut dengan Argopuro.

Gunung Argapura merupakan bekas gunung berapi yang sudah tidak aktif lagi.

Gunung ini termasuk bagian dari pegunungan Iyang yang terletak di kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Berada pada posisi di antara Gunung Semeru dan Gunung Raung. Ada beberapa puncak yang dimiliki oleh gunung ini. Puncak yang terkenal bernama Puncak Rengganis/gunung Welirang(topografichen Dienst 1928). Sedangkan puncak tertingginya berada pada jarak ± 200 m di arah selatan puncak Rengganis. Puncak tertinggi ini bernama Argapoera dan ditandai dengan sebuah tugu ketinggian (triangulasi).

Gunung Argapura mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.

Gunung Argapura merupakan salah satu gunung yang memiliki banyak puncak. Dan beberapa puncaknya memiliki struktur geologi tua, dan sebagian yang lain lebih muda. Puncak tertinggi gunung Argopura sendiri adalah 3.088 mdpl.
Untuk mendaki gunung Argapura, ada beberapa jalur resmi yang bisa kita lewati guna pendakian kepuncak gunung Argapura. Antara lain jalur Benderan Besuki atau lewat desa Bremi, Kab Probolinggo. Tetapi yang kita bahas disini hanya jalur pendakian lewat Bremi saja, karena lebih cepat.
Untuk mencapai desa Bremi, kita dapat memanfaatkan jasa bus umum yang menuju desa ini yang hanya 2 x 1 hari, dari terminal probolinggo, yakni jam 06.00 WIB dan jam 12.00 WIB. Di sekitar desa Bremi, banyak terdapat penginapan-penginapan murah, dan memiliki ciri tersendiri. Konon, penginapan-penginapan ini sudah ada semenjak jaman pendudukan Belanda. Selain itu, di lokasi ini pemandanganya masih sangat asri dan alami.


Gunung ini terletak di propinsi Jawa Timur, bertype Strato dengan ketinggian 3.339 m dpl. Biasanya gunung ini dicapai dari dua titik pendakian yang cukup dikenal yaitu dari TRETES dan BATU. Gunung Arjuno bersebelahan dengan Gunung Welirang. Puncak gunung Arjuno terletak pada satu punggungan yang sama dengan puncak gunung Welirang. Selain dari dua tempat diatas Gunung Arjuno dapat didaki dari berbagai arah yang lain. Gunung yang terletak di sebelah barat Batu Malang - Jawa Timur ini juga merupakan salah satu tujuan pendakian. Disamping tingginya yang telah mencapai lebih dari 3000 meter, di gunung ini terdapat beberapa objek wisata. Salah satunya adalah objek wisata air terjun “Kakek Bodo” yang juga merupakan salah satu jalur pendakian menuju puncak Gunung Arjuna. Meskipun selain objek wisata air terjun Kakek Bodo terdapat pula air terjun lain, tetapi para wisatawan jarang yang mendatangi air terjun lainnya, mungkin karena letak dan sarana wisatanya kurang mendukung.
Rute Pendakian
Gunung Arjuna dapat didaki dan berhagai arah; arah Utara (Tretes) melalui Gunung Welirang, dan arah Timur (Lawang) dan dari arah Barat (Batu-Selecta).

RUTE PENDAKIAN DARI TRETES:
Tretes merupakan tempat Wisata dan Hutan Wisata serta terdapat air terjun yang indah yaitu Air terjun Kakek Bodo. Di Tretes banyak tersedia hotel maupun Losmen, hawanya sejuk dan merupakan tempat peristirahatan yang nyaman. Dan Pos PHPA Tretes kita dapat langsung rnendaki Gunung Welirang dan juga Gunung Arjuna. Setelah berjalan antara 4 - 5 jam ke arah barat daya dari Tretes kita dapat berhenti dan bermalam di pondok tempat orang mencari bijih belerang, disini terdapat air yang cukup melimpah untuk memasak atau mandi, Hampir setiap hari sekitar 20 — 30 orang buruh mencari dan membawa batu belerang ke Tretes. Ke esokan paginya pendakian dapat dilanjutkan ke puncak Welirang atau berbelok kita langsung kearah Gunung Arjuna. Perjalanan dari pondok sampai ke puncak Gunung Welirang, akan melewati hutan Cemara yang jalannya berbatu. Setelah berjalan 3 jam kita akan sampai di puncak Gunung Welirang. Di bawah puncak Welirang ada sebuah kawah yang menyemburkan gas belerang. Perjalanan dari Tretes sampai ke puncak Welirang memakan waktu 7 - 8 jam. Bila kita akan melanjutkan penjalanan menuju Gunung Arjuna maka setelah sesampai di puncak Gunung Welirang kita berjalan turun ± 10 menit tepatnya ke arah selatan. Hutan yang dilalui adalah hutan cemara dengan melewati sebuah jurang dan pinggiran Gunung Kembar I dan Gunug Kembar II. Setelah berjalan 6 - 7 jam kita akan sampai di puncak Arjuna. Tetapi sebelumnya kita akan melewati tempat yang dinamakan “Pasar Dieng”, ketinggiannya hampir sama dengan puncak Gunung Arjuna dan terdapat batu­ yang sebagian tersusun rapi seperti pagar dan tanahnya rata agak luas. Dari sini untuk ke Puncak G. Arjuna hanya memakan waktu ± 10 menit. Untuk mencapai Gunung Arjuna dan Gunung Welirang dibutuhkan waktu 5 sampai 6 jam. Puncak Gunung Arjuna anginnya sangat kencang dan suhunya antara 5-10 derajat celcius. Disini kita dapat menikmati suatu Panorama yang sangat indah terutama bila malam hari, kita dapat melihat ke bawah, kota-kota seperti Surabaya, Malang, Batu, Pasuruan. serta laut utara dengan kerlipan lampu- lampu kapal. Puncak G. Arjuna disebut juga dengan Puncak ‘Ogal-Agil’ atau ‘Puncak Ringgit. Disekitar puncak bisa mendirikan tenda untuk bermalam. Rute turun dapat ke kota Lawang atau ke arah timur dengan melewati Hutan Cernara, Hutan tropis dan perdu. setelah itu kita akan melewati Perkebunan Teh Wonosari bagian utara. Turun ke arah Lawang lebih dekat dan menyingkat waktu daripada kembali ke arah Gunung Welirang/Tretes. Perjalanan turun ke arah Lawang kurang lebih 6 jam.

RUTE PENDAKIAN DARI LAWANG:
Mendaki Gunug Arjuno dari kota Lawang merupakan awal pendakian yang praktis karena kota Lawang mudah sekali kita tempuh baik dan arah Surabaya maupun Malang, selain itu Puncak Gunung Arjuno dapat langsung kita tuju dan arah ini. Bila kita menginginkan mendaki dari kota Lawang, dari arah Surabaya kita naik bus jurusan Malang dan turun di Lawang (kira-kira 76 Km) dan bila dari Malang, dari Terminal Arjosari kita naik bus menuju Lawang dengan jarak 18 Km. Dan Lawang kita naik kendaraan umum (angkutan desa) menuju desa Wonorejo sejauh 13 km. Pendakian ke puncak dimulai dari desa ini menuju ke Perkebunan Teh desa Wonosari sejauh 3 km. Di sini kita melapor pada petugas PHPA dan juga meminta ijin pendakian, persediaan air kita persiapkan juga di desa terakhir ini. Dari desa Wonosari terus berjalan dan melewati kebun teh Wonosari serta terus naik selama 3 - 4 jam perjalanan kita akan sampai di “Oro - Oro Ombo” yang merupakan tempat berkemah. Dari ”Oro-oro Ombo” menuju ke puncak dibutuhkan waktu 6-7 jam perjalanan dengan melewati hutan lebat yang disebut hutan “LaliJiwo” untuk menuju puncak terakhir ini. Setelah kita melewati Hutan Lali Jiwo kita akan melalui padang rumput yang jalannva menanjak (curam) sekali. Mendekati puncak, kita akan berjalan melewati batu-batu yang sangat banyak dan menjumpai tanaman yang sangat indah setelah itu kita akan mencapai puncak Gunung Arjuna. Rute pendakian lainnya yaitu dari kota Batu lewat Selecta yang terletak di sebelah Barat Gunung Welirang. Kota Batu merupakan tempat wisata yang memiliki sumber air hangat dari kaki Gunung Welirang dan keadaannva tidak berbeda jauh dengan Tretes. Dari arah Kediri atau Malang untuk menuju Batu kita dapat naik bus/Colt, selanjutnya perjalanan dari Batu menuju Selecta menggunakan Colt (angkutan pedesaan). Selecta salah satu tempat wisata yang ada di kota Batu dengan ketinggian 1.200 m dari permukaan laut. Setelah tiba di Selecta kita dapat bermalam haik di Hotel maupun Losmen. Besok paginya dengan colt, kita menuju desa Kebonsari. Di desa ini kita harus menyiapkan air secukupnya untuk perjalanan ke puncak dan kembalinya. Kita memulai pendakian dengan melewati ladang sayur-sayuran dan jalan setapak menuju ke arah timur laut dan terus naik melewati hutan tropika, dalam perjalanan ini samar-samar akan terlihat puncak Arjuna. Mendaki selama 5 - 6 jam akan mengantarkan kita pada punggungan gunung yang menghubungkan Puncak Gunung Welirang dan Gunung Arjuno, tepatnya sebelah tenggara Gunung Kembar I. Kita masih harus menempuh perjalanan 1 - 2 jam lagi untuk menujupuncak Gunung Welirang ke arah kiri atau Gunung Arjuno ke arah kanan selama 4 - 5 jam.

RUTE PENDAKIAN PURWOSARI:
Perijinan
Ijin bisa diurus Didesa Tambak Watu dengan membayar Rp.2.000,- per orang di Pos Pendaftaran yang juga merangkap sebagai warung

Dusun Tambak Watu
Pendaki bisa beristirahat transit di rumah Ibu Puji di desa Tambak Watu ini. Dari desa Tambak Watu inilah awal pendakian menapaki jalan setapak menuju puncak Arjuna. Awal pendakian akan melewati hutan pinus yang tertata rapi, sementara di sela-sela pohon pinus tersebut banyak ditanami pohon kopi dan pohon pisang. Suasana tenang, adem, ayem dan wingit mulai terasa begitu memasuki kawasan ini. Jalan Pendakian berupa macadam sampai menemui bak air / tendon air.

Desa Tambak Watu – Gua Antaboga : +/- 1jam

Gua Antaboga
Gua yang bernama Gua Antaboga. Goa ini berada di bawah tebing batu menghadap utara,dengan kedalaman 1,5 m, lebar 1 m, serta mempunyai ketinggian 1,25 m. Di depan gua terbapat sebuah pondokan yang bisa digunakan para peziarah untuk melepas penat setelah satu setengah jam berjalan menuju goa ini. Terdapat air dan bisa didapat dari pipa yang berada sebelah kiri arah Puncak Arjuno dijalur pendakian.

Gua Antaboga – Petilasan Eyang Abiyasa: +/- 1jam 30 menit

Petilasan Eyang Abiyasa
Jalan setapak disekitar situs ini ditata rapi dengan semen dan dikiri kanan jalan dibentuk taman-taman yang sangat rapi dan bersih. Terdapat kolam Dewi Kunti konon jika airnya diminum dapat memberikan keluhuran jiwa serta selalu ingat Hyang Kuasa. Di sini juga terdapat beberapa pondokan yang dibangun untuk pejiarah. Sekitar 50 meter agak ke bawah dari kedua petilasan ini terdapat situs Eyang Sekutrem.
Petilasan ini dinaungi oleh pohon-pohon besar sehingga dari kejauhan sudah nampak kesan wingit dan angker. Petilasan Eyang sekutrem juga berupa kamar yang tertutup tembok. Lebar bangunan tersebut sekitar 2,5m x 2m. Di dalamnya ada sebuah arca yang terbuat dari batu andezit dengan tinggi sekitar 70 cm. Di petilasan ini selalu dinyalakan hio dan dupa yang menyebarkan bau harum.

Eyang Abiyasa – Situs Eyang Sakri: +/- 10 menit

Situs Eyang Sakri
Petilasan ini berupa cungkup tertutup menghadap ke barat, terbuat dari kayu. Di dalamnya terdapat semacam makam batu yang membujur ke utara selatan. Di sampingnya berdiri sebuah pondok yang terbuat dari ilalang kering yang dapat digunakan untuk beristirahat maupun bermalam. Terdapat air dan bisa didapat dari pipa yang berada sebelah kiri arah Puncak Arjuno dijalur pendakian.

Situs Eyang Saktri – Situs Eyang Semar: +/- 1jam 15menit

Situs Eyang Semar
ini terkenal paling angker, hindari menginap dilokasi ini, meskipun di sekitar situs ini terdapat tiga buah pondok dan sebuah aula yang dibangun oleh para pejiarah

Situs Eyang Semar – Wahyu Makutarama: +/- 30 menit

Wahyu Makutarama
Petilasan ini berupa bangunan andesit yang berukuran 7 x 7 m dengan tinggi sekitar 3 meter. Di bangunan batu ini terdapat dua buah Mahkota raja yang berdampingan. Ini merupakan sebuah simbol kebesaran dari seorang raja jaman duhulu. Sumber Air dari bak / tandon air
Wahyu Makutarama – Puncak Sepilar +/- 20 menit

Puncak Sepilar
Bila dari Sepilar, menuju arah kanan menyusuri satu bukit, sampailah di Candi Wesi.
Di sini bisa dilihat tiga arca Pandawa, dahulunya terdapat lima buah patung namun patung Nakula dan Sadewa telah hilang dicuri. Di sebelah kiri bangunan Candi Sepilar bisa dilihat sebuah kuburan, yang menurut cerita merupakan merupakan tempat muksanya Eyang Semar. Di sebelah kanan situs ini di bangun sebuah pondokan oleh para pejiarah untuk menginap. Sekitar 100 meter ke arah kanan terdapat sumber mata air yang disebut sendang drajad.
Puncak Sepilar – Candi Manunggale Suci +/- 3 jam

Candi Manunggale Suci
Candi ini hanyalah sebuah batu yang ditata seperti pondasi yang di atasnya terletak sebuah marmer yang bertuliskan huruf jawa dan di bawahnya lagi tertulis Sura Dira Jaya Diningrat Lebur Dining Pangastuti ( Kejahatan pasti kalah oleh kebaikan). Dan di bawah tulisan ini tersebutlah nama Maha Resi Agung Prawira Harjana. Orang ini adalah pengikut setia Bung Karno.
Candi Manunggale Suci – Puncak Arjuna +/- 5 jam


Puncak Gn.Arjuna
Disekitar puncak gunung Arjuna banyak terdapat batu-batu besar yang berserakan, di sebelah utara puncak berupa jurang terjal berbatu-batu yang sangat indah. Sangat disayangkan batu-batu besar di puncak gunung Arjuna ini telah dicemari oleh coretan-coretan tangan-tangan mereka yang mengaku “Pecinta Alam”. Ke arah barat tampak di depan kita gunung Welirang yang selalu mengeluarkan asap, disamping gunung Welirang ke arah Barat Laut tampak gunung penanggungan yang runcing sempurna, dengan puncak yang menyerupai gunung semeru. Kearah timur kita dapat menyaksikan puncak gunung semeru yang sangat menawan. Di sebelah selatan kita berdiri gunung Kawi dan gunung Anjasmoro. Di puncak gunung Arjuna terdapat sebuah batu yang berbentuk singasana (kursi) yang sering dikunjungi para pejiarah untuk membakar hio dan dupa. Pada batu ini terdapat gambar cakra dan tulisan jawa yang berarti Maha Kuasa, disinilah tempat bertahta penguasa Alam Gaib gunung Arjuna, Jangan coba-coba untuk duduk atau menginjak batu ini, agar terhindar dari celaka.


Gunung Bromo merupakan gunung berapi yang masih aktif dan paling terkenal sebagai salah satu obyek wisata di Jawa Timur. Jadi belumlah lengkap rasanya bila kita berwisata ke Jatim tanpa mengunjungi Gunung Bromo.

Gunung Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut, berada dalam empat wilayah, yaitu Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang. Gunung ini mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.

Salah satu andalan wisata dari taman nasional Gunung Bromo ini adalah hamparan laut pasir seluas 5.250 hektar, yang berada pada ketinggian 2.392 m dari permukaan laut. Selain itu, dari puncak Bromo kita dapat menikmati dengan jelas keindahan matahari saat terbit hingga terbenamnya.

Gunung Bromo mempunyai kondisi udara yang masih segar dan dingin (5-8 derajat celcius) dengan pemandangan yang menawan. Perjalanan menuju puncak Bromo terbilang berat karena sangat berdebu dan medan yang ditempuh tidak bisa dilalui kendaraan roda empat biasa, kecuali jip 4×4 yang disewakan oleh pengelola wisata. Maka tak heran jika berjalan kaki merupakan alternatif yang dipilih para wisatawan untuk menuju pusat lokasi. Lebih dari 200 anak tangga harus kita lalui untuk sampai di puncak Bromo, melelahkan memang, namun semuanya seolah terbayarkan lewat pemandangan alam yang luar biasa indah.

Mendekati puncak Bromo sudah tercium bau belerang. Ketika sampai di puncak, kita dapat melihat kawah Bromo yang masih aktif. Di dasar kawah terlihat warna keemasan belerang dan kepulan asap putih yang menari-nari menuju puncak menyebarkan bau belerang. Uniknya lagi kawah Bromo terletak di dalam kawah, jadi kawah di dalam kawah.

Dari puncak gunung berapi yang masih aktif ini, kita juga bisa menikmati lautan pasir dan hamparan rerumputan yang luas sambil menyaksikan kemegahan Gunung Semeru yang menjulang menembus awan dan gunung-gunung lain yang mengelilinginya. Salah satu cara untuk menikmati keindahan di puncak Bromo ini adalah dengan menyewa kuda atau jip yang sudah disiapkan para pengelola tempat wisata untuk mengantar kita mengelilingi padang pasir tersebut.

Di bawah kaki Gunung Bromo terdapat sebuah pura yang biasa digunakan untuk upacara adat dan keagamaan yang disebut Yadnya Kasada atau Kasodo. Upacara ini diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa atau pada bulan Desember/Januari setiap tahunnya. Bagi penduduk asli Bromo, yaitu suku Tengger yang beragama Hindu, Gunung Brahma (Bromo) dipercaya sebagai gunung suci.

Melalui upacara tersebut, masyarakat suku Tengger memohon panen yang berlimpah atau meminta tolak bala dan kesembuhan dari berbagai penyakit, yaitu dengan cara mempersembahkan sesaji dan melemparnya ke kawah Bromo. Sementara masyarakat Tengger lainnya harus menuruni tebing kawah untuk meraih dan menangkap sesaji yang tadi dilemparkan ke kawah, sebagai perlambang berkah dari Yang Maha Kuasa.

Untuk mencapai Gunung Bromo, ada empat pintu gerbang utama yaitu: untuk desa Cemorolawang jika melalui jalur Probolinggo, desa Wonokitri dengan jalur Pasuruan, desa Ngadas dari jalur Malang dan desa Burno adalah jalur Lumajang.

Tak perlu khawatir bagi Anda yang ingin menginap, karena berbagai macam penginapan dapat ditemukan di sekitar area Taman Nasional Bromo. Mulai dari losmen sampai hotel berbintang 4 dapat menjadi pilihan Anda. Rata-rata tarifnya pun terjangkau.

Gunung Bromo adalah bukti kebesaran sang Pencipta, dan Anda harus menyaksikan sendiri keindahannya yang luar biasa.

Gunung Bukit Tunggul merupakan sebuah gunung yang terdapat di pulau Jawa, Indonesia. Gunung Bukit Tunggul mempunyai ketinggian setinggi 2.208 meter.
Gunung Bukit Tunggul mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.

Gunung Burangrang merupakan salah satu gunung yang terdapat di kawasan Bandung Utara. Gunung Burangrang memiliki ketinggian 2.054 mdpl (meter dari permukaan laut). Gunung ini bukanlah gunung berapi sehingga tidak memiliki kawah. Untuk mendaki gunung ini tidaklah terlalu sulit karena hanya membutuhkan waktu sekitar 3 – 4 jam dari kaki gunung sehingga pendaki tidak perlu membawa keperluan logistik yang terlalu banyak.
Jika ingin melihat sunrise sebaiknya pendaki berkemah di kaki gunung dan memulai pendakian sekitar jam 2 atau jam 3 dini hari. Karena selama jalur pendakian tidak terdapat sumber air maka sebaiknya keperluan air sudah dipersiapkan sejak di kaki gunung.
Jalur pendakian bisa dikatakan relatif karena terkadang kita harus melewati tanjakan yang dahsyat namun setelah itu jalur menurun, lalu kemudian menanjak lagi. Saat mendaki gunung ini kita perlu berhati-hati karena terkadang di sebelah kiri-kanan terdapat jurang. Selain itu terdapat beberapa titik dimana jalurnya lumayan licin.


Gunung Cikurai adalah sebuah gunung yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Indonesia. Gunung Cikurai mempunyai ketinggian sebesar 2.818 meter di atas permukaan laut dan merupakan gunung tertinggi keempat di Jawa Barat setelah Gunung Gede. Gunung ini berada di perbatasan kecamatan Bayongbong, Cikajang, dan Dayeuh Manggung.
Untuk mencapai Cikuray dapat ditempuh dengan naik kendaraan umum dari Bandung atau dari Tasikmalaya menuju terminal Guntur. Dari sana diteruskan dengan angkutan kota menuju jalur pendakian, (Cikajang, Bayongbong atau Dayeuh Manggung). Ketiga jalur tersebut menawarkan medan yang sangat menarik dengan karakteristik masing-masing. Jalur bayongbong adalah jalur yang paling terjal, tetapi dapat cepat sampai di puncak.

Jika anda bukan warga Jabar, mendaki Cikurai mesti satu paket dengan Gunung Guntur dan Gunung Papandayan. Keduanya menawarkan medan pendakian yang menarik.Gunung Cikurai mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, Hutan Montane dan Hutan Ericaceous.


Gunung ini berada pada posisi geografis 6°53 1/2' LS dan 108°24' BT. Diantara tiga kabupaten, Cirebon, Majalengka dan Kuningan. Tertinggi di Jawa Barat yaitu 3078m. Dipuncak gunung ini terdapat beberapa kawah, diantaranya Kawah Barat, Kawah Timut, dan Goa Walet. Air agak susah ditemukan di gunung ini, terlebih lagi jika pendakian dimulai dari Linggarjati. Sebaik anda membawa perbekalan air yang cukup untuk perjalanan anda. Dari Jakarta gunung ini bisa dicapai dengan menggunakan bus kearah Kuningan atau Cirebon. Dan dari Cirebon kita mempunyai beberapa rute pendakian. Digunung ini banyak sekali kita jumpai monyet yang kadang-kadang melopat dari dahan kedahan mengikuti para pendaki. Dimusim hujan suhu dipuncak gunung Cereme bisa mencapai 2°c.
Rute Pendakian
JALUR PEDAKIAN DARI JALUR APUY:
Rute Apuy adalah rute yang terpendek dibanding dengan dua rute lainnya yang umum dipakai. Akan tetapi untuk pencapaian ke Desa Apuy masih terbentur masalah kendaraan yang masih menggunakan mobil pick-up sayur. Berikut ulasan mengenai jalur Apuy:
Desa Apuy
Desa ini terletak pada ketinggian 1204m dpl dan berada pada Kecamatan Argapura, desa kecil ini merupakan desa terakhir untuk pendakian Gn. Ciremai melalui rute ini. Didesa ini juga terdapat sebuah objek wisata alam berupa sebuah air terjun bertingkat dua. Air terjun ini bernama Curug Muara Jaya. Para pendaki biasanya menginap di rumah Pak Kuwu atau Pak Kepala Desa. Desa ini berada pada koordinat 06° 54’ 38.9” LS dan 108° 21’ 20.0” BT.

Desa Apuy – Pos I ( Blok Arban)
Dari Apuy ke Pos I atau yang disebut juga dengan Blok Arban ini berjarak sekitar 2 jam berjalan kaki, dengan melewati perkebunan penduduk dan banyak sekali jalan bercabang. Alternatif menuju Pos I adalah dengan mencarter mobil Pick-up L300. Di pos ini merupakan tempat untuk mendapatkan air yang terakhir. Pos ini berada pada ketinggian 1.614m dpl dan pada posisi 06° 54’ 50.3” LS dan 108° 22’ 43.4” BT.

Pos I – Pos II (Simpang Lima)
Pos I ke Pos II atau Pos Simpang Lima ini berjarak sekitar 1 jam jalan kaki. Pos ini berada pada ketinggian 1.915m dpl dan pada koordinat 06° 54’ 47.1” LS dan 108° 23’ 10.0” BT. Pos ini tidak begitu luas bisa menampung sekitar 2-3 tenda. Dan dilokasi ini ada tenda terpal yang ditinggalkan pemiliknya, kondisinya masih bagus hanya tidak dipasang sebagaimana mestinya.

Pos II – Pos III (Tegal Wasawa)
Dari Pos II ke Pos III yang dikenal juga dengan Pos Tegal Wasawa, bias ditempuh dengan waktu lebih kurang satu jam. Pos III berada pada ketinggian 2.400m dpl dan pada posisi 06° 54’ 44.1” LS dan 108° 23’ 36.1” BT. Pos ini cukup sempit dan hanya bisa menampung 2 tenda dalam posisi yang cukup rapat.

Pos III – Pos IV (Tegal Jamuju)
Dari Pos III ke Pos IV atau Tegal Jamuju ini berjarak sekitar 50 menit. Pos IV berada pada ketinggian 2.600m dpl dan pada posisi 06° 54’ 33.4” LS dan 108° 23’ 46.9” BT. Pos IV ini cukup luas dan bisa menampung 5-6 tenda.


Pos IV – Pos V (Sanghiang Rangkah)
Pos V atau Sanghiang Rangkah ini berjarak lebih kurang 1.5 jam perjalanan dari Pos IV. Pos Sanghiang Rangkah ini adalah pos yang terluas, disini juga terdapat pertigaan jalur ke Palutungan. Dari Pos V ini keadaan medan sudah terbuka. Pos ini berada pada ketinggian 2.800m dpl dan pada posisi 06° 54’ 17.9” LS dan 108° 23’ 58.7” BT. Pertigaan ke Palutungan juga bisa kita temui setelah kira-kira 30 menit pendakian dari Pos V atau pada posisi 06° 53’ 59.2” LS dan 108° 24’ 08.1” BT.

Pos V – Pos VI (Goa Walet)
Pos VI berada persis diatas Goa Walet dan kita bisa mendapatkan air di Goa Walet yang berasal dari rembesan air dari atap goa. Akan tetapi perlu diingat dimusim kemarau kadang kala airnya kering. Pos VI berada pada ketinggian 2.950m dpl dan pada posisi 06° 53’ 53.1” LS dan 108° 24’ 11.6” BT. Pos ini medannya terbuka serta cukup luas dan bisa menampung 3-4 tenda. Selain di Pos ini kita juga bisa mendirikan tenda di areal Goa Walet dan lebih terlindung dari angin.


Pos VI – Daerah Puncak.
Dari Pos VI ke daerah puncak tidak begitu jauh, kira-kira memakan waktu 30-50 menit. Tanjakan cukup curam. Sampai didaerah puncak bisa mengitari kawah dengan waktu tempuh sekita 2.5 jam. Didaerah puncak ini kita bisa menemukan tiga titik trianggulasi. Jika kita memulai kearah kiri maka titik pertama yang kita temui adalah tiang 2.866m dpl pada posisi 06° 53’ 46.6” LS dan 108° 24’ 15.3” BT yang merupakan titik tertinggi ketiga, kemudian tiang trianggulasi yang sudah rubuh ini adalah titik tertinggi yaitu 3.073m dpl yang dikenal dengan nama Sunan Cirebon terletak pada posisi 06° 53’ 35.0” LS dan 108° 24’ 24.9” BT berikutnya titik ketinggian kedua tertinggi yang dikenal juga dengan nama Sunan Mataram dengan ketinggian 3.056m dpl serta posisi 06° 53’ 40.9” LS dan 108° 24’ 42.3” BT. Tiang Sunan Mataram ini berada persis dekat jalur turun ke Linggar Jati.

JALUR PENDAKIAN LINGGAJATI
Jalur Linggajati ini sangat terjal dan kondisinya hampir bisa dibilang hancur, jika hendak melewati jalur ini, kondisi fisik dan mental harus prima, karena medan Linggajati ini sangat tidak dianjurkan untuk pemula, maupun untuk yang jarang naik gunung. Menurut penduduk setempat jumlah pos jalur ini sampai puncak adalah 28 Pos, karena pos-pos kecil atau daerah kecil yang datar juga dihitung sebagai pos. Highcamp hanya membahas pos-pos yang besar dan umum. Berikut uraian singkat mengenai jalur Linggajati.

Desa Linggajati
Desa ini berada pada ketinggian 700m dpl berada dalam ruang lingkup Kecamatan Cilimus. Titik awal pendakian berada pada akhir jalan aspal dari Desa Linggajati didekat sebuah Villa yang benama Gajah Barong. Pada posisi 06° 52’ 54.1” LS dan 108° 27’ 48.8” BT.


Linggajati – Pos I Cibunar
Linggajati – Pos I atau Cibunar ini jalan setapaknya lebar berbatu dan bisa ditempuh olah mobil bergardan ganda atau motor. Disepanjang jalur hingga pos Cibunar banyak terdapat warung, yang beroperasi pada musim pendakian tapi ada juga yang beroperasi setiap harinya. Pos Cibunar berada pada ketinggian 863m dpl dan pada posisi 06° 53’ 01.19” LS dan 108° 27’ 25.0” BT.

Pos I – Pos II Condang Amis
Pos II atau Condang Amis terdapat sebuah pondok warung yang hanya beroperasi pada musim pendakian tahun baru. Pos ini sangat luas berada pada ketinggian 1.212m dpl dan pada posisi 06° 53’ 11.5” LS dan 108° 26’ 40.5” BT. Keadaan jalan setapak dari Pos Cibunar hingga Pos Condang Amis bertanah licin dengan kemiringan 30 – 50 derajat, hutannya rapat.

Pos II – Pos III Kuburan Kuda
Pos Kuburan kuda atau Pos III ini terletak pada ketinggian 0.000m dpl dan pada posisi 06° 52’ 58.7” LS dan 108° 26’ 21.1” BT. Pos III ini cukup luas bisa menampung 3-4 tenda.
Pos II – Pos IV Pangalap
Pos IV atau disebut juga dengan Pos Pangalap terletak pada ketinggian 1.673m dpl dan pada posisi 06° 53’ 00.9” LS dan 108° 26’ 07.1” BT. Pos ini luas bisa menampung 8-10 tenda.
Pos IV – Pos V Tanjakan Seruni
Pos V atau Pos Tanjakan Seruni ini berada pada ketinggian 1.812m dpl dan pada koordinat 06° 53’ 07.5” LS dan 108° 25’ 53.4” BT. Pos ini juga cukup luas untuk mendirikan tenda.
Pos V – Pos VI Bapa Tere
Pas VI atau Pos Bapa Tere ini berada pada ketinggian 2.146m dpl dan pada koordinat 06° 53’ 21.4” LS dan 108° 25’ 39.4” BT. Pos ini cukup luas akan tetapi Banyak permukaan tersebut yang sedikit miring.


Pos VI – Pos VII Batu Lingga
Pos ini terkenal dengan sebutan tempat keramat, pada pos ini terdapat sebuah batu besar, akan tetapi sekarang sudah tidak ada. Menurut penduduk setempat batu tersebut hilang secara misterius. Pos Batu lingga ini cukup lebar dan berada pada ketinggian 2.365m dpl dan pada koordinat 06° 53’ 24.6” LS dan 108° 25’ 29.9” BT

Pos VII – Pos VIII Sangga Buana 1
Pos Sangga Buana 1 ini cukup luas, bisa menampung 3-4 tenda dan berada pada ketinggian 2.491m dan pada koordinat 06° 53’ 26.5” LS dan 108° 25’ 16.5” BT.


Pos VIII – Pos IX Sangga Buana 2
Pos IX atau Pos Sangga Buana 2 ini tidak begitu besar dan terletak pada ketinggian 2.648m dpl dan pada posisi 06° 53’ 31.2” LS dan 108° 25’ 05.7” BT.


Pos IX – Pos X Pangasinan.
Pos Pangasinan ini adalah merupakan pos yang terakhir menuju daerah puncak. Pos ini berada pada ketinggian 2.842m dpl koordinat 06° 53’ 34.7” LS dan 108° 24’ 55.5” BT. Pos ini cukup lebar dan posisinya terbuka. Permukaannya sedikit miring.


JALUR PENDAKIAN PALUTUNGAN:
Jalur Palutungan adalah jalur yang terpanjang, dan tidak begitu curam karena kondisi konturnya yang landai. Jalur ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai jalur turun. Berikut ulasan singkat mengenai jalur Palutungan:
Desa Palutungan
Desa Palutungan ini terletak pada ketinggian 1.100m dpl. Desa ini adalah awal pendakian untuk jaluir Palutungan
Palutungan – Pos I (Pos Cigowong)
Pos satu atau Pos Cigowong ini berada pada ketinggian 1.450m dpl, dan terdiri dari dua pelataran dan masing-masing pelataran terdapat bekas bangunan pos yang tinggal rangka. Disini terdapat sebuah sungai kecil dan dari sini menuju puncak berjarak sekitar 5.6 km.
Pos I – Pos II (Pos Kuta)
Pos Kuta berada pada ketinggian 1.575m dpl, cukup luas untuk mendirikan dua tenda.
Pos II – Pos III (Pos Pangguyangan Badak)
Pos III atau Pos Pangguyangan Badak ini berjarak 4.5 km. Dan berada pada ketinggian 1.800m dpl.
Pos V – Pos VI ( Pos Pasanggrahan)
Pos Pasangrahan ini cukup luas bisa menampung 3 – 4 tenda. Berada pada ketinggian 2.450m dpl serta jarak kepuncak dari pos ini sekitar 1.6 km.

Pos VI – Pos VII (Pos Sanghiang Ropoh)
Pos Sanghiang Ropoh atau Pos VII untuk jalur Palutungan ini berada pada ketinggian 2.650m dpl dan berjarak lebih kurang 1.1 km. Pos ini merupakan pos terakhir pada jalur Palutungan setelah itu jalur Palutungan akan bergabung dengan jalur dari Apuy pada tanjakan batu-batu. Selanjutnya akan bertemu dengan Goa Walet.

Gunung Galunggung merupakan gunung berapi dengan ketinggian 2.167m di atas permukaan laut. Gunung galunggung terletak di daerah jawa barat, dekat kota tasikmalaya. Sekitar 17 km dari pusat kota tasik.
Gunung galunggung dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi, ataupun mencarter angkot dari kota tasik. Jalan menuju ke gunung galunggung merupakan jalan desa yang kecil. Dimana jalan berbatu dan sedikit rusak.
Gunung galunggung menyuguhkan keindahan alam yang sangat Indah. Kawah bekas letusan terasa seperti danau. Di kejauhan terlihat sebuah pulau kecil, dan dapat kita lihat ikan-ikan berenang di danau ini. Dari atas gunung galunggung ini kita juga dapat menyaksikan pemandangan alam dari ketinggian. Udaranya sejuk. Dan angin bertiup cukup kencang.
Jika anda berminat untuk turun terdapat jalur, yang dinamakan tanjakan Zorro, karena bila dilihat tanjakan ini membentuk huruf Z. Namun berhati-hatilah, karena tanjakan Z ini terdiri dari pasir-pasir vulkanik yang sangat gembur.
Apabila anda berniat untuk menggunjungi gunung Galunggung, jangan takut susah. Karena gunung ini sudah sangat user friendly, terdapat 620 anak tangga dibuat untuk memudahkan para penggunjung mencapai bibir kawah. Di sekitar kawah pun sudah banyak pedagang. Tapi ada baiknya untuk membawa bekal dari rumah.
Selain kawah daya tarik gunung ini adalah pemandian air panasnya. Anda dapat menikmati air panas alami di daerah Cipanas. Anda akan melewati nya ketika dalam perjalanan menuju kawah gunung galunggung.



RUTE PENDAKIAN:
JALUR I : CIBODAS - TELAGA BIRU
Cibodas merupakan base camp pendakian yang berada di ketinggian 1.450 mdpl. Daerah ini masuk wilayah kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Suhu di daerah ini berkisar antara 8o-25o C. Cibodas juga merupakan daerah tujuan wisata yang mempunyai kebun raya dengan luas 1.000 ha. Dari sini sampai ke puncak berjarak 9,7 km, sedangkan sampai ke Puncak Pangrango berjarak 11 km. Sebelum melakukan perjalanan, para pendaki harus mematuhi tata tertib yang cukup ketat bahkan kini pendaki harus melakukan reservasi atau pemanasan 3 hari sebelum melakukan pendakian. Lima belas menit atau kira-kira 1,5 km selepas Cibodas jalanan landai memotong Ciwulan. Pendaki dapat singgah disebuah danau yang hijau kebiruan akibat perpaduan pantulan langit dan ganggang hijau. Danau yang bernama Telaga Biru ini di kelilingi oleh semak - semak.

TELAGA BIRU - PERTIGAAN CIBEUREUM
Telaga Biru berada diketinggian 1.575 mdpl. Daerah disekitar danau ini merupakan perpindahan vegetasi submontana ke montana. Selepas itu lintasan mulai mendaki sampai Panyangcangan Kuda. Selama 45 menit dengan jarak tempuh 1,3 km pendaki akan tiba di pertigaan Cibeureum yang berada diketinggian 1.625 mdpl. Disini pendaki akan mampir ke Air Terjun Cibeureum yang indah.

CIBEUREUM - SUNGAI AIR PANAS
Disekitar Air Terjun Cibeurem ini juga terdapat Air Terjun seperti Dendeng, Ciwalen, Cikundul yang rata-rata berketinggian 40-50 m. Air terjun tersebut berasal dari hulu sungai yang sama. Disekitar ini pendaki juga dapat menemui flora Epipit, Anggrek Lumut Merah (spagnum gedeanum) yang merupakan endemik yang hidup di tebing-tebing air terjun. Selain itu juga terdapat banyak kelelawar yang berterbangan di goa Lalay. Dipertigaan Cibeureum pendakian dilanjutkan menuju sungai air panas yang akan memakan waktu 1 jam dengan panjang lintasan 2,5 km.

SUNGAI AIR PANAS - KANDANG BATU
Sumber air panas yang membentuk aliran sungai beraliran air panas ini berada di ketinggian 1.250 mdpl. Temperatur pada air panas tersebut berkisar 70o-75o C. Namun temperatur tersebut akan turun jika hari hujan. Selain dapat menghangatkan badan, sumber air panas ini mengandung belerang yang cukup tinggi. Disini pendaki juga dapat menjumpai air terjun dengan kepulan uap air yang keluar dari bongkahan-bongkahan lava. Air terjun tersebut bersuhu rata-rata 45o-50o C.

Setelah melanjutkan perjalanan selama 15 menit, pendaki akan tiba di Lebak Saat yang berarti lembah tanpa air. Di daerah ini mengalir air yang cukup jernih di lembah yang terbuka sehingga cukup kondusif untuk bermalam. Selama 30 menit perjalanan dari sini pendaki akan tiba di Kandang Batu.

KANDANG BATU - KANDANG BADAK
Kandang Batu ini berada di ketinggian 2.220 mdpl. Dinamakan Kandang Batu karena disekitar area ini banyak terdapat material batu yang merupakan letusan dari Gunung Gede. Namun kini banyak batu yang terkikis oleh arus air yang banyak terdapat disekitarnya. Selepas Kandang Batu lintasan mulai menanjak dibanding sebelumnya. Untuk sampai di Kandang Badak diperlukan waktu 1 jam pendakian dengan panjang lintasan 2,2 km.

KANDANG BADAK-PUNCAK PANGRANGO
Dinamakan Kandang Badak karena disekitar daerah pos ini becek akibat hujan sehingga menyerupai sebuah kandang. Pos ini terletak di ketinggian 2.393 mdpl. Beberapa meter setelah Kandang Badak terdapat sebuah persimpangan, yang ke kiri menuju Puncak Gede, sedangkan yang ke kanan menuju Puncak Pangrango. Sebelum melakukan pendakian pada kedua puncak tsb, pendaki harus menyiapkan persediaan air yang terdapat di dekat pos. Dalam perjalanan mereka menuju puncak Pangrango para pendaki akan melewati vegetasi subalpin dengan rerimbunan yang cukup lebat, dengan lintasan yang terjal. Dari Kandang Badak menuju Puncak Pangrango diperlukan waktu 3-4 jam dengan panjang lintasan 3,2 km.

Puncak Pangrango merupakan dataran tertinggi di Taman Nasional Gede-Pangrango. Dataran tersebut sangat rimbun dan sunyi karena jarang didaki dibandingkan puncak Gede. Dari area ini pendaki dapat menyaksikan alun-alun Mandalawangi yang terbentang seluas 5 hektar. Dari tempat ini alun-alun terlihat sangatlah kecil. Pada malam hari dengan cuaca yang cerah, pendaki dapat melihat kerlap-kerlip kota Jakarta dari puncak yang sunyi nan indah ini.

JALUR II : POS GUNUNG PUTRI-LEGOK LEUNCA
Setiap pendaki diwajibkan melapor rencana pendakiannya di kantor TNGP bagian Informasi Center Gunung Putri. Sama seperti di pos Cibodas, kini pendaki juga harus mengadakan reservasi atau pemanasan izin pendakian 3 hari sebelum mendaki. Base Camp Gunung Putri terletak di ketinggian 1.850 mdpl. Panjang lintasan menuju Puncak Gede adlah 7.4 km. Ini lebih singkat dibanding jalur Cibodas yang membentang sepanjang 9.7 km. Setelah perijinan dilakukan pendaki dapat menuju ke pos pemeriksaan (Pos Volunteer). Kondisi lintasan menuju kesana landai, dengan diapit persawahan yang memiliki banyak sumber air. Dari pos pemeriksaan perjalanan dilanjutkan. Pendaki akan melewati vegetasi hutan yang sangat terjaga dengan baik sehingga sangat jarang ditemui bekas-bekas eksploitasi tangan manusia. Menuju Legok Leunca lintasan cenderung datar dan bersemak-semak. Perjalanan ini memakan waktu 60 menit.

LEGOK LEUNCA-BUNTUT LUTUNG
Untuk sampai di Buntut Lutung memerlukan waktu selama 2 jam dengan lintasan menanjak.

BUNTUT LUTUNG-LAWANG SAKETENG
Buntut Lutung merupakan pos yang berada di ketinggian 2.220 mdpl. Daerah disekitarnya merupakan lapangan yang terbuka. Kondisi pos ini cukup memprihatinkan bahkan keadaanya yang nyaris hancur. Pendakian Menuju Lawang Saketeng cukup terjal dengan memakan waktu selama 60 menit.

LAWANG SAKETENG-SIMPANG MALEBER
Lawang Saketeng berada di ketinggian 2.500 mdpl. Selepas pos ini pendaki akan memasuki vegetasi subalpin dengan keragaman hutan yang nyaris sama dan pepohonan yang berukuran kerdil. Adapun jenis pepohonan yang dominan adalah Vaccinum Variangaefolium yang ditumbuhi lumut janggut pada batangnya. Bunga Badi (Anaphalis javanica) dan semak (isache pangrangensis). Untuk sampai simpang Maleber dibutuhkan waktu 30-45 menit.

SIMPANG MALEBER-ALUN-ALUN SURYA KENCANA
Simpang maleber berada di ketinggian 2625 mdpl. Selepas pos ini pendaki akan melewati lintasan yang landai, dengan daerah yang cukup terbuka, suatu pertanda bahwa pendaki akan sampai di alun-alun Surya Kencana bagian timur. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan menuju Alun-Alun bagian barat. Dari simpang Maleber menuju Alun-alun ini membutuhkan waktu 30 menit.

ALUN-ALUN SURYAKENCANA-PUNCAK GEDE
Panjang lintasan yang membentang dari pos Gunung Putri hingga alun-alun ini adalah 6.9 km. Alun-alun ini berada di ketinggian 2.750 mdpl. Daerah ini berupa lembah yang diapit oleh Gunung Gede (2.958 mdpl) dan Gunung Gemuruh (2.927mdpl). Adapun luas Alun-alun ini adalah 50 ha. Disana terdapat sebuah sungai kecil yang membelah bagian alun-alun barat. Vegetasi yang mendominasi adalah Adelweiss (anaphalis javanica), tumbuhan paku (selligua feei) dan juga rerumputan yang masuk kedalam subalpin Grassland. Untuk sampai ke Puncak Gede diperlukan waktu tempuh selama 30 menit, dengan panjang lintasan 1.1 km. Jalannya terjal, melewati pegunungan tipis yang membentuk kelurusan dari arah utara hingga barat laut. Sesampai di puncak tertinggi pendaki dapat menyaksikan beberapa kawah yang terbentang (lihat jalur Cibodas ). Dalam menuju Puncak Pangrango pendaki dapat turun ke Kandang Badak dan kembali mendaki Gunung Pangrango. Untuk sampai ke Puncak Pangrango dari Puncak Gede ini diperlukan waktu 4-5 jam, dengan panjang lintasan 5.3 km.

JALUR III : SELABINTANA-POS I
Selabintana, daerah yang terletak disebelah selatan Gunung Gede ini terdapat Camping Ground sebagai base camp pendakian yang dapat menampung hingga 150-an penginap. Kira-kira 15 km ke arah utara juga terdapat pos pendakian Situ Gunung. Untuk menuju Puncak Gede maupun Situ Gunung, jalur Selabintana adalah jalur yang lebih berat dibandingkan jalur yang lainnya. Selabintana berada diketinggian 700 mdpl dan waktu yang diperlukan untuk pendakian adalah 6-7 jam,dengan panjang lintasan 7,9 km. Selepas selabintana lintasan masih landai dan pada kilometer ke 2,4 atau setelah berjalan selama 45 menit pendaki akan menemui Air Terjun Selabintana yang berada diketinggian 900 mdpl.Air Terjun ini adalah Air Terjun tertinggi se TNGP. Pada jalur ini pendaki juga akan melewati perkebunan teh Goal Para. Sampai memasuki Pos I lintasan masih cenderung landai.

POS I - POS II
Di pos ini terdapat sebuah mata air yang sangat jernih dan lahan perkemahan yang luas. Selepas Pos I lintasan tetap landai dan jelas hingga Pos II.

POS II - POS III
Medan perjalanan menuju pos III merupakan medan terberat dengan lintasan berbatu, mulai menanjak, jurang yang menganga disepanjang sisi lintasan. Jika musim hujan disepanjang lintasan sering terjadi longsor dan sering dihantam badai. Untuk itu disepanjang lintasan ini disediakan tali pegangan sebagai pengaman oleh petugas pendakian Selabintana. Selain itu lintasan ini kadang tidak terlihat karena tertutup semak tinggi yang tumbuh di musim penghujan. Menjelang Pos III pendaki akan menemui air terjun kecil dengan mata air yang jernih dan dingin.

POS III - POS IV
Selepas Pos III lintasan tetap curam. Pada daerah ini pendaki akan melewati medan berbatu sepanjang punggung selatan hingga mencapai ketinggian 2.900 mdpl. Selanjutnya pendaki akan melewati lintasan menurun sepanjang 800 m hingga pos IV.

POS IV - PUNCAK GEDE
POS IV berada dilereng Gunung Gemuruh dan tidak jauh dari Alun-Alun Salabintana. Vegetasi di daerah ini sama dengan vegetasi di alun-alun Suryakencana. Dalam perjalanan menuju puncak pendaki akan melewati punggungan terakhir yang cukup terjal sampai di puncak Gede yang berada diketinggian 2.958 mdpl.

Gunung guntur memiliki ketinggian 2.249 Mdpl. Merupakan salah satu gunung api aktif yang berada di kabupaten Garut. Gunung ini pertama didaki oleh pendaki berkebangsaan rusia – Jerman, Frans Junghun pada tahun 1837. Pada saat itu Junghun memasukkan gunung ini pada golongan gunung – gunung api paling aktif di Jawa. Gunung ini memiliki dua sumber mata air, yaitu sumber air panas yang mengalir ke Cipanas yang kemudian dimanfaatkan sebagai wisata pemandian Cipanas, dan yang satu lagi sumber air dingin yang mengalir ke aliran curug citiis.
Gunung guntur tidak seperti gunung –gunung di daerah tropis lainnya. Gunung ini justru terlihat tandus dan gersang. Jalurnya pun di dominasi oleh savanna dan batuan kerikil kecil sisa letusan.jarang kita menjumpai pohon besar sepanjang lintasan pendakian yang bisa kita gunakan untuk berteduh. Terutama pada lintasan sesudah melewati curug citiis. Medan yang tandus dan gersang membuat gunung guntur lebih dikenal karena cuacanya yang liar. Tekanan angin dan suhu udara yang panas, bahkan bisa di bilang ganas.
Untuk mendaki gunung guntur, kita bisa melalui jalur curug citiis, yang berada di kampung citiis, kecamatan Tarogong kaler, Kabupaten Garut. Jalur pendakian ini merupakan jalur terpendek dan termudah yang ditemukan oleh Frans Junghun. Jalur ini selain melewati air terjun atau curug citiis, anda juga akan melalui lokasi penambangan pasir citiis yang beroperasi sejak tahun 1960 an.

Curug Citiis
Suasana disekitar curug citiis begitu sejuk. Anda bisa mendirikan tenda dikawasan tersebut. Tempat itu bisa menampung kurang lebih 2 -3 tenda. Selain itu juga terdapat sebuah shelter kecil yang bisa anda gunakan untuk beristirahat. Anda bisa menambah persediaan air ditempat ini, karena setelah ini, anda akan kesulitan menemukan mata air di sepanjang jalur pendakian.
Selepas curug citiis, anda harus naik kearah padang savanna, bukan lagi jalur hutan seperti sebelumnya. Jadi aliran sungai haruslah berada di sisi kanan jalur pendakian anda. Disinilah tantangan dimulai, tanjakan terjal dan berbatu merupakan jalur yang akan anda lewati selepas kawasan air terjun. Saya sarankan agar anda menggunakan baju atau kaus berlengan panjang. Selain untuk melindungi dari sengatan sinar matahari, juga untuk melindungi kulit dari sayatan semak dan ilalang yang tumbuh disepanjang jalur pendakian. Kira – kira satu jam selepas air terjun citiis, anda akan menjumpai sebuah area yang cukup “teduh” dan dapat menampung sekitar 2 buah tenda. Anda bisa beristirahat disini atau melanjutkan perjalanan.
Tidak jauh berbeda dengan kondisi sebelumnya, medan yang akan anda lalui didominasi tumbuhan jenis ilalang dan semak dan pepohonan yang kering merangas tanpa daun. Tampak pula pepohonan yang batangnya hitam seperti habis terbakar. Dikanan kiri jalur anda akan melihat bekas aliran lava yang telah membeku. Medan pendakian semakin lama semakin menanjak dengan kemiringan berkisar antara 45 – 75 derajat. Jika anda mendaki di siang hari dengan teriknya sinar matahari, anda akan merasakan betapa panasnya berjalan di punggungan gunung Guntur ini.
Semakin mendekati puncak pertama, jalur yang akan anda lalui semakin terjal dan gersang. Medan yang kita lalui pun didominasi campuran antara tanah, pasir dan kerikil, sehingga jika kita tidak pintar – pintar memilih jalan anda akan mudah terperosok ke bawah karena jalur yang licin.
Mendekati puncak pertama, anda akan melalui sebuah pohon cemara yang cukup besar. Pohon ini sebenarnya sudah terlihat dari bawah, karena tidak ada lagi sesuatu yang menghalangi pandangan kita ke atas. Setelah melewati pohon ini, kira –kira 15 menit kemudian, anda akan menemui sebuah batu besar. Lalu 15 menit dari batu besar tersebut, anda akan tiba di puncak pertama. Total waktu untuk mencapai puncak pertama dari curug citiis adalah 2 – 2.5 jam.
Puncak Pertama
Dipuncak pertama ini, ada lokasi yang terletak sebelum bibir kawah yang bisa anda jadikan tempat untuk mendirikan tenda. Tapi pastikan pasak tenda anda terpasang dengan kuat, karena dikhawatirkan ada angin yang sewaktu – waktu bertiup kuat. Kawah gunung guntur berada di sebelah kiri anda. Berhadapan dengan gunung cikuray yang terlihat menjulang tinggi. Dari puncak pertama ini anda dapat melihat pemandangan kota garut, areal pemukiman, persawahan, situ bagendit, komplek pemandian Cipanas dengan jelas. Puncak kedua juga terlihat dengan jelas beserta jalurnya.
Menuju puncak kedua, anda akan melintasi lembah yang jalurnya cukup landai, sebelum akhirnya menanjak kembali. Anda berjalan melipir punggungan kawah, kemudian belok kanan menanjak daerah terjal, dengan kemiringan sekitar 4 derajat. Punggungan yang anda lintasi berupa padang savanna yang cukup luas dengan pemandangan yang cukup indah. Medan terjal tersebut berupa tanahvulkanis yang hangat, gembur, licin, dan di beberapa tempat tanahnya lembek bila diinjak. Perjalanan dari puncak pertama menuju puncak kedua memerlukan waktu sekitar 30 menit.
Puncak Kedua
Seperti halnya puncak pertama, areal puncak kedua juga di dominasi padang savanna. Berada di antara puncak pertama dan puncak tertinggi gunung guntur. Padang savanna memisahkan kedua puncak tersebut dan menampakkan pemandangan yang sangat menarik. Beberapa jenis tanaman jenis cantigi yang tumbuh terbatas ikut menambah pesonanya. Gunung –gunung berhutan rimbun disisi gunung guntur dan dibatasi lembah serta jurang – jurang yang menganga dalam pun ikut menambah daya tarik disekitarnya. Di puncak ini terdapat seperangkat peralatan dan pagar kawat yang sudah rusak. Perlengkapan tersebut tampaknya bekas alat untuk memantau keadaan gunung guntur. Dari sini, puncak tertinggi gunung guntur terlihat dihadapan anda. Jalur menuju ke puncak tertinggi itupun terlihat dengan jelas.
Setelah puas menikmati pemandangan dan melepas lelah di Puncak kedua, kita bisa melanjutkan pendakian menuju puncak tertinggi gunung guntur. Dari puncak kedua ini, jalur yang akan anda lewati tidak jauh berbeda dengan jalur dari pucak pertama menuju puncak kedua. Kanan kirinya merupakan padang savanna yang luas. Beberapa tanaman termasuk jenis cantigi juga bisa anda temui disini. Setelah sedikit menurun, jalur yang anda lalui akan menanjak terjal dengan kemiringan sekitar 45 derajat. Tidak sampai 40 menit dari puncak pertama, anda akan sampai di puncak tertunggi gunung guntur (2.249 mdpl)
Puncak Tertinggi
Area puncak gunung guntur cukup datar dan memiliki luas kira – kira 2 kali lapangan Voli. Disini terdapat seperangkat peralatan yang berfungsi untuk memantau aktivitas gunung api. Anda juga bisa melihat anggunnya Gunung Cikurai dengan sangat Jelas. Pemandangan dari puncak gunung guntur sangat menakjubkan, sehingga perjalanan berat melintasi medan yang sulit dan melelahkan seakan terbayar dengan keindahan yang anda saksikan.

Krakatau adalah kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatra. Nama ini pernah disematkan pada satu puncak gunung berapi di sana (Gunung Krakatau) yang sirna karena letusannya sendiri pada tanggal 26-27 Agustus 1883. Letusan itu sangat dahsyat; awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudera Hindia. Suara letusan itu terdengar sampai di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.
Selat Sunda
Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York.
Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih kalah dibandingkan dengan letusan Gunung Toba dan Gunung Tambora di Indonesia, Gunung Tanpo di Selandia Baru dan Gunung Katmal di Alaska. Namun gunung-gunung tersebut meletus jauh di masa populasi manusia masih sangat sedikit. Sementara ketika Gunung Krakatau meletus, populasi manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.
Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut. Kemajuan tersebut, sayangnya belum diimbangi dengan kemajuan di bidang geologi. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut.
Perkembangan Gunung Krakatau
Gunung Krakatau Purba
Melihat kawasan Gunung Krakatau di Selat Sunda, para ahli memperkirakan bahwa pada masa purba terdapat gunung yang sangat besar di Selat Sunda yang akhirnya meletus dahsyat yang menyisakan sebuah kaldera (kawah besar) yang disebut Gunung Krakatau Purba, yang merupakan induk dari Gunung Krakatau yang meletus pada 1883. Gunung ini disusun dari bebatuan andesitik.
Catatan mengenai letusan Krakatau Purba yang diambil dari sebuah teks Jawa Kuno yang berjudul Pustaka Raja Parwa yang diperkirakan berasal dari tahun 416 Masehi. Isinya antara lain menyatakan:
“ Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula.... Ketika air menenggelamkannya, pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau Sumatera ”
Pakar geologi Berend George Escher dan beberapa ahli lainnya berpendapat bahwa kejadian alam yang diceritakan berasal dari Gunung Krakatau Purba, yang dalam teks tersebut disebut Gunung Batuwara. Menurut buku Pustaka Raja Parwa tersebut, tinggi Krakatau Purba ini mencapai 2.000 meter di atas permukaan laut, dan lingkaran pantainya mencapai 11 kilometer.
Akibat ledakan yang hebat itu, tiga perempat tubuh Krakatau Purba hancur menyisakan kaldera (kawah besar) di Selat Sunda. Sisi-sisi atau tepi kawahnya dikenal sebagai Pulau Rakata, Pulau Panjang dan Pulau Sertung, dalam catatan lain disebut sebagai Pulau Rakata, Pulau Rakata Kecil dan Pulau Sertung. Letusan gunung ini disinyalir bertanggung- jawab atas terjadinya abad kegelapan di muka bumi. Penyakit sampar bubonic terjadi karena temperatur mendingin. Sampar ini secara signifikan mengurangi jumlah penduduk di muka bumi.
Letusan ini juga dianggap turut andil atas berakhirnya masa kejayaan Persia purba, transmutasi Kerajaan Romawi ke Kerajaan Byzantium, berakhirnya peradaban Arabia Selatan, punahnya kota besar Maya, Tikal dan jatuhnya peradaban Nazca di Amerika Selatan yang penuh teka-teki. Ledakan Krakatau Purba diperkirakan berlangsung selama 10 hari dengan perkiraan kecepatan muntahan massa mencapai 1 juta ton per detik. Ledakan tersebut telah membentuk perisai atmosfer setebal 20-150 meter, menurunkan temperatur sebesar 5-10 derajat selama 10-20 tahun.
Munculnya Gunung Krakatau
Perkembangan Gunung Krakatau
Pulau Rakata, yang merupakan satu dari tiga pulau sisa Gunung Krakatau Purba kemudian tumbuh sesuai dengan dorongan vulkanik dari dalam perut bumi yang dikenal sebagai Gunung Krakatau (atau Gunung Rakata) yang terbuat dari batuan basaltik. Kemudian, dua gunung api muncul dari tengah kawah, bernama Gunung Danan dan Gunung Perbuwatan yang kemudian menyatu dengan Gunung Rakata yang muncul terlebih dahulu. Persatuan ketiga gunung api inilah yang disebut Gunung Krakatau.
Gunung Krakatau pernah meletus pada tahun 1680 menghasilkan lava andesitik asam. Lalu pada tahun 1880, Gunung Perbuwatan aktif mengeluarkan lava meskipun tidak meletus. Setelah masa itu, tidak ada lagi aktivitas vulkanis di Krakatau hingga 20 Mei 1883. Pada hari itu, setelah 200 tahun tertidur, terjadi ledakan kecil pada Gunung Krakatau. Itulah tanda-tanda awal bakal terjadinya letusan dahsyat di Selat Sunda. Ledakan kecil ini kemudian disusul dengan letusan-letusan kecil yang puncaknya terjadi pada 26-27 Agustus 1883.
Erupsi 1883

Sebuah litografi yang dibuat pada tahun 1888 yang menggambarkan Gunung Krakatau pada kejadian Erupsi 1883.
Pada hari Senin, 27 Agustus 1883, tepat jam 10.20, meledaklah gunung itu. Menurut Simon Winchester, ahli geologi lulusan Universitas Oxford Inggris yang juga penulis National Geographic mengatakan bahwa ledakan itu adalah yang paling besar, suara paling keras dan peristiwa vulkanik yang paling meluluhlantakkan dalam sejarah manusia modern. Suara letusannya terdengar sampai 4.600 km dari pusat letusan dan bahkan dapat didengar oleh 1/8 penduduk bumi saat itu.
Menurut para peneliti di University of North Dakota, ledakan Krakatau bersama ledakan Tambora (1815) mencatatkan nilai Volcanic Explosivity Index (VEI) terbesar dalam sejarah modern. The Guiness Book of Records mencatat ledakan Krakatau sebagai ledakan yang paling hebat yang terekam dalam sejarah.
Ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencavai 80 km. Benda-benda keras yang berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan Sumatera bahkan sampai ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia dan Selandia Baru.
Letusan itu menghancurkan Gunung Danan, Gunung Perbuwatan serta sebagian Gunung Rakata dimana setengah kerucutnya hilang, membuat cekungan selebar 7 km dan sedalam 250 meter. Gelombang laut naik setinggi 40 meter menghancurkan desa-desa dan apa saja yang berada di pesisir pantai. Tsunami ini timbul bukan hanya karena letusan tetapi juga longsoran bawah laut.
Tercatat jumlah korban yang tewas mencapai 36.417 orang berasal dari 295 kampung kawasan pantai mulai dari Merak (Serang) hingga Cilamaya di Karawang, pantai barat Banten hingga Tanjung Layar di Pulau Panaitan (Ujung Kulon serta Sumatera Bagian selatan. Di Ujungkulon, air bah masuk sampai 15 km ke arah barat. Keesokan harinya sampai beberapa hari kemudian, penduduk Jakarta dan Lampung pedalaman tidak lagi melihat matahari. Gelombang Tsunami yang ditimbulkan bahkan merambat hingga ke pantai Hawaii, pantai barat Amerika Tengah dan Semenanjung Arab yang jauhnya 7 ribu kilometer.
Anak Krakatau

Anak Krakatau, dua tahun sejak awal terbentuknya. Foto diambil 12 atau 13 Mei 1929, koleksi Tropenmuseum.
Mulai pada tahun 1927 atau kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau, muncul gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau dari kawasan kaldera purba tersebut yang masih aktif dan tetap bertambah tingginya. Kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 20 inci per bulan. Setiap tahun ia menjadi lebih tinggi sekitar 20 kaki dan lebih lebar 40 kaki. Catatan lain menyebutkan penambahan tinggi sekitar 4 cm per tahun dan jika dihitung, maka dalam waktu 25 tahun penambahan tinggi anak Rakata mencapai 7.500 inci atau 500 kaki lebih tinggi dari 25 tahun sebelumnya. Penyebab tingginya gunung itu disebabkan oleh material yang keluar dari perut gunung baru itu. Saat ini ketinggian Anak Krakatau mencapai sekitar 230 meter di atas permukaan laut, sementara Gunung Krakatau sebelumnya memiliki tinggi 813 meter dari permukaan laut.
Menurut Simon Winchester, sekalipun apa yang terjadi dalam kehidupan Krakatau yang dulu sangat menakutkan, realita-realita geologi, seismik serta tektonik di Jawa dan Sumatera yang aneh akan memastikan bahwa apa yang dulu terjadi pada suatu ketika akan terjadi kembali. Tak ada yang tahu pasti kapan Anak Krakatau akan meletus. Beberapa ahli geologi memprediksi letusan in bakal terjadi antara 2015-2083. Namun pengaruh dari gempa di dasar Samudera Hindia pada 26 Desember 2004 juga tidak bisa diabaikan.

Anak Krakatau, Februari 2008
Menurut Profesor Ueda Nakayama salah seorang ahli gunung api berkebangsaan Jepang, Anak Krakatau masih relatif aman meski aktif dan sering ada letusan kecil, hanya ada saat-saat tertentu para turis dilarang mendekati kawasan ini karena bahaya lava pijar yang dimuntahkan gunung api ini. Para pakar lain menyatakan tidak ada teori yang masuk akal tentang Anak Krakatau yang akan kembali meletus. Kalaupun ada minimal 3 abad lagi atau sesudah 2325 M. Namun yang jelas, angka korban yang ditimbulkan lebih dahsyat dari letusan sebelumnya.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Krakatau

Taman Nasional Kerinci Seblat terletak di 4 wilayah propinsi yaitu Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu dan Sumatera Selatan. Sebagian besar kawasan taman nasional ini merupakan rangkaian pegunungan Bukit Barisan Selatan di Pulau Sumatera bagian tengah. Secara geografi Taman Nasional Kerinci Seblat terletak pada 100°31'18" - 102°44' Lintang Timur dan 17'13" - 326'14" Lintang Selatan.

Luas Taman Nasional Kerinci Seblat (hasil tata batas) ditetapkan seluas 1.368.000 Ha dengan perincian:

* seluas 353.780 Ha (25,86%) terletak di Propinsi Sumatera Barat;
* seluas 422.190 Ha (30,86%) terletak di Propinsi Jambi;
* seluas 310.910 Ha (22,73%) terletak di Propinsi Bengkulu; dan
* seluas 281.120 Ha (20,55%) terletak di Propinsi Sumatera Selatan.

Wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat tersebar di 9 Kabupaten, 43 Kecamatan dan 134 Desa.

Dalam sejarah pembentukannya, taman nasional ini merupakan penyatuan dari kawasan-kawasan Cagar Alam Inderapura dan Bukit Tapan, Suaka Margasatwa Rawasa Huku Lakitan-Bukit Kayu embun dan Gedang Seblat, hutan lindung dan hutan produksi terbatas di sekitarnya yang berfungsi hidro-orologis yang sangat vital bagi wilayah sekitarnya.

Kelompok hutan tersebut merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, yaitu DAS Batanghari, DAS Musi dan DAS wilayah pesisir bagian barat, DAS tersebut sangat vital peranannya terutama untuk memenuhi kebutuhan air bagi hidup dan kehidupan jutaan orang yang tinggal di daerah tersebut. Mengingat pentingnya peranan kelompok hutan tersebut, maka pada tanggal 4 Oktober 1982, bertepatan dengan Kongres Taman Nasional Sedunia di Bali, gabungan kawasan tersebut diumumkan sebagai Taman Nasional Kerinci Seblat
Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah sam pai ekosistem sub alpin serta beberapa ekosistem yang khas (rawa gambut, rawa air tawar dan danau).
Obyek Wisata Alam dan Fenomena Alam
# Gunung Kerinci (3.805 m dpl) : gunung tertinggi di Sumatera yang masih aktif, dapat didaki sampai puncak melalui jalan setapak dari Kersik Tuo selama 12 jam.
# Danau Gunung Tujuh (1.996 m dpl) : merupakan kawah mati yang berisi air tawar seluas 1.000 Ha (panjang 4,5 km dan lebar 3 km), yang dikelilingi oleh 7 gunung dan meruapakn danau air tawar tertinggi di Asia, dapat dicapai melalui jalan setapak dari Pelompek selama 3 jam.
# Bukit Tapan, padang satwa Inum Raya : merupakan padang penggembalaan dan habitat berbagai jenis mamalia besar (gajah, harimau, rusa, tapir) yang langsung dapat dilihat. Dari Sungai Penuh ke lokasi selama 6-10 jam dengan kendaraan bus dan jalan setapak.
# Gunung Seblat (2.383 m dpl) : memiliki fenomena alam yang sangat unik dengan adanya padang-padang penggembalaan yang luas dengan berbagai jenis primata, terdapat bunga raksasa Raflesia arnoldi, dapat dicapai dari Muara Aman ke lokasi dengan jalan kaki selama 12 jam.
# Bukit Gedang Seblat dan Bukit Kayu Embun : merupakan habitat badak sumatera, gajah dan harimau. Dapat dicapai dari Muko-muko ke lokasi dengan jalan kaki selama 10 jam.
# Rawas Ulu Lakitan : memiliki potensi berupa air terjun S. Ampar, air terjun S. Keruh, air terjun S. Kerali, air terjun S. Koten dengan dinding-dinding yang terjal dan arus sangat deras yang baik untuk rafting. Dapat ditempuh dari napal Licin antara 1-3 jam.
# Gunung Masurai terletak di Desa Sungai Lalang Kecamatan Muara Siau Kabupaten Surolangun Bangko (6,5 jam dari Kota Bangko). Disini terdapat hutan hujan tropis.
# Goa Napal Licin dan Kasah. Melihat kompleks goa yang kaya akan stalaktit dan stalaknit.
# Grao Solar, Nguak dan Kunyit. Melihat semburan air panas setinggi 15 meter dan pengamatan satwa.
# Letter W. Melihat bunga Rafflesia dan bunga bangkai, serta kelinci sumatera.
# Rawa Ladeh Panjang. Penelitian dan Pengamatan Satwa.




jalur pendakian dari sisi timur (kersik tuo - jambi)

Gunung Kerinci bisa dicapai lewat kota Jambi atau kota Padang atau juga dari Muara Bungo. Muara Bungo terletak di jalan Lintas Sumatera antara profinsi Jambi dan Sumatera Barat. Keterangan rute-rute tersebut sebagai berikut.

Rute Kota Padang Sumatera Barat.
Padang - Kersik Tuo - Sugai Penuh.
Naik bus umum trayek Padang Sungai Penuh dan turun didesa Kersik Tuo.

Rute dari Jambi.
Jakarta - Jambi - Sungai Penuh - Kersik Tuo.

Rute dari Muara Bungo.
Jakarta - Muara Bungo - Sungai Penuh.
Dari Jakarta naik bus tujuan Padang, dan turun di kota Muara Bungo, dari sini dilanjutkan perjalan dengan menumpang mini bus dengan tujuan Sungai Penuh. Kemudian ganti kendaraan lagi dengan naik angkutan mini bus ke desa Kersik Tuo. Selain dari Kersik Tuo bisa juga dicapai dari Lubuk Gadang dan Kayu Aro. Akan tetapi rute dari desa Kersik Tuo adalah yang umum dipakai oleh para pendaki. High-camp.com menyarankan anda menginap dulu di Kersik Tuo dan memulai pendakian pagi keesokan harinya.

TAHAPAN RUTE PENDAKIAN

Pondok R10 (1611 m dpl) - Pintu Rimba (1800 m dpl)
R10 adalah pondok jaga balai TNKS untuk mengawasi setiap pengunjung yang akan mendaki gunung Kerinci. Medannya berupa perkebunan/ladang penduduk, kondisi jalan baik (aspal) sampai batas hutan. Jarak tempuh 2 km atau 1 jam perjalanan.

Pintu Rimba - Pos Bangku Panjang (1909 m dpl)
Pintu Rimba merupakan gerbang awal pendakian berada dalam batas hutan antara ladang dan hutan heterogen sebagai pintu masuk, disini ada shelter dan juga lokasi air kurang lebih 200 meter sebelah kiri jika kita menghadap gunung Kerinci. Jarak tempuh ke Bangku Panjang 2 km atau 30 menit perjalanan, lintasan trekking nya relatif landai.

Pos Bangku Panjang - Pos Batu Lumut (2000 m dpl)
Pos Bangku Panjang terdapat dua shelter yang masih boleh dibilang layak. Menuju Batu Lumut medan pendakian masih landai dan jarak tempuhnya sekitar 2 km dengan waktu tempuh 30 menit.

Pos Batu Lumut - Shelter 1 (2225 m dpl)
Pos Batu Lumut merupakan tempat istirahat namun tidak ada shelternya tetapi disini ada lokasi airnya (air endapan). Memang lokasinya di sungai tetapi sungai ini konterporer yang hanya berair dimusim hujan. Jarak tempuh menuju Shelter 1 sejauh 2 km perjalanan dengan waktu tempuh 1 jam. Kondisi jalan setapaknya relatif terjal dengan kemiringan sekitar 60.

Shelter 1 - Shelter 2 (2510 m dpl)
Shelter 1 merupakan tempat istirahat, terdiri dari satu buah pondok yang masih terawat baik, jarak tempuh menuju pos 2 yaitu 3 km dengan waktu tempuh 1,5 jam. Di lintasan ini sesekali jalan setapaknya terjal sampai kemiringan 45

Shelter 2 - Shelter 3 (3073 m dpl)
Shelter 2 merupakan tempat istirahat, dengan satu buah shelter namun tidak terlalu kokoh. Mungkin karena usia pondok ini cukup tua dan kondisi medan yang suhu udara dratis membuat shelter ini masih bertahan walaupun dalam keadaan miring hampir rubuh. Jarak tempuh menuju shelter 3 yaitu 2 km dengan waktu tempuh 2 jam.

Shelter 3 - Shelter 4 (3351 m dpl)
Shelter 3 merupakan tempat istirahat yang hanya tingga kerangka besinya saja. Lokasi ini merupakan medan yang terbuka dan bisa memandang kearah desa Kersik Tuo. Tempat ini juga bagus untuk dijadikan tempat mendirikan tenda. karena tempat datarnya lumayan luas. Disini juga kita bisa menjumpai sumber air. Perjalanan menuju puncak hanya tinggal 3 jam perjalanan dari shelter ini. Menuju shelter 4 jarak 1,5 km dengan waktu tempuh 1 jam. Kondisi jalan setapaknya merupakan bekas aliran air yang menjadi jalur pendakian.

Shelter 4 - Batas vegetasi/Pasir/Batuan Cadas - Puncak (3800 m dpl)
Ditempat ini terdapat papan pengumuman yang berisikan larangan membuat rute baru dan informasi mengenai lintasan pasir dan cadas harap berhati-hati. Lapangan yang luas. Disini bisa mendirikan tenda asalkan tenda anda memenuhi persyaratan untuk didirikan disini, karena disini angin bertiup lumayan kencang serta suhu yang dingin. Sewaktu highcamp mendirikan tenda disini (lihat gallery photo) kami menemukan air yang letaknya satu punggungan sebelah kiri kalau menghadap ke puncak. Jarak tempuh menuju puncak sekitar 2 km dengan waktu tempuh 2,5 jam.

Climbing the opening of the Cage Cemoro-sloping ramp it up in the post Taman Sari Ngisor. From these points Cemoro Cage Mount Lawu hikers will find several posts such as Taman Sari Nduwur close to the crater cracks.

Continue at many places also post-Arip Ravine Pengarip the narrow path, the right side of the cliff and left a yawning chasm.

Then we will also see the vast plains of Post Cokro Suryo, here there are many gravestones in memory of the climbers who died (killed) while doing the climb on Mount Lawu.

Lawu mountain peaks, there are three very famous. Ie peak 1 (Hargo Dumilah) with a height of 3265 masl. The other peaks that are not less popular, because many of the pilgrims is the top destination 2 (Hargo Dalem).
And the last peak 3 (Hargo Dumiling) that believe as a place pamoksan Ki Sabdo Palon, a follower of King UB Pamungkas.

According to the belief that many developing world, the tomb is in the top Hargo Dalem is the tomb of King Brawijaya Pamungkas. Meanwhile there is also considered as the tomb of Sunan Lawu.

Line down through Cemoro Sewu

Travel down the path it will Cemoro Sewu across several posts. Postal mail that we will meet, among others Sendang Drajat, Well Jolotundo, crater of Mount Lawu, until finally posted three and proceed along a staircase the steps with rocks neatly arranged. Here we will also pass through leafy streets lined with trees Pines.

After it arrived in the post climbing Cemoro Sewu,

Pegunungan ini terletak di Sulawesi Tenggara, tepatnya di kabupaten Kolaka kecamatan Ranteangin. Gunung ini disebut Mekongga karena sesuai dengan nama penduduk asli daerah ini yaitu suku Tolaki Mekongga yang dahulunya mendiami kerajaan Mekongga. Menurut cerita rakyat di pegunungan ini terdapat Tebing Putih yang bernama Musero-sero yang merupakan pusat kerajaan jin untuk wilayah Kolaka Utara. Pada intinya gunung ini jarang didaki dan dikunjungi, namun pesonanya. tidak kalah dengan gunung lain yang ada di Indonesia. Pegunungan yang mempunyai puncak setinggi 2.620 m dpl ini masih sangat perawan.
Rute Pendakian
DESA TINUKARI
Desa Tinukari ini berada 300 km sebelah Barat daya dari Kota Kendari. Dari desa ini jejera pegunungan Mekongga jelas terlihat. Desa yang dihuni oleh suku Tolaki Mekongga yang merupakan turunan dari kerajaan Mekongga. Desa ini sudah cukup baik keadaannya dan jalan didesa ini pun sudah diaspal. Jalur pendakian hanya satu yaitu dari desa Tinukari ini dan kondisinyapun tidak begitu jelas, karena jarangnya ditempuh oleh pendaki.
DESA TINUKARI - CAMP I
Perjalanan dimulai setelah menyelusuri jalan aspal desa dan masuk kejalan setapak didalam kebun coklat, kemudian akan bertemu sebuah sungai dengan lebar sekitar 10 meter dan arusnya cukup deras. Kemudian jalan setapak yang sering dipakai pencari rotan yang terus mengikuti sungai. Sebelum mencapai sungai Aala Mosembo dan Aala Tinukari. kita akan dihadapakan oleh 4 sungai lainnya. Selepas daerah sungai ini baru jalan setapak masuk kedalam hutan dan mulai menanjak tajam. Tanaman masih didominasi oleh rotan dan tanaman sejenis perdu. Sekitar 2 jam berikutnya akan samapi dijalan HBI, yaitu sebuah perusahaan logging kayu pernah beroperasi tahun 1996. Kemudian tutup setelah diprotes oleh masyarakat akibat kerusakan lingkungan yang ditimbukannya. Sepanjang jalan beakas HBI yang sudah tertutup oleh ilalang dan rotan banyak ditemukan kotoran sapi. Yang konon merupakan sapi milik DI/TII dulu. Sapi-sapi tersebut sengaja dilepas di hutan ini sebagai ransum para tentara DI/TII jaman perang dahulu. Camp I merupakan sebuah pondok kayu milik pencari rotan yang berada pada ketinggian 490 m dpl. Waktu tempuh dari desa Tinukari ke Camp I ini adalah sekitar 7 jam.
CAMP I - CAMP II
Jalur awal pendakian dari Camp I munuju Camp II masih mengikuti jalur jalan HBI. Diketinggian 1.000 m dpl, panorama mulai terbuka, vegetasi tumbuhan kayu mulai bertambah, perdu, lumut dan kantong semar muali mendominasi. Disebelah timur tampak jajaran perbukitan Mekongga yang menjari kemana-mana, dan arah jalan setapak menuju kesana. Camp II berada pada ketinggian 1.480 m dpl.
CAMP II - CAMP III
Setelah meninggalkan jalan HBI dan menjelang ketinggian 1.900 m dpl, dikejauhan mulai tampak Osu Mosembo. Jalur pendakian naik turun punggungan, kita harus waspada sewaktu berjalan agar tidak salah punggungan, karena bentuk punggungan gunung ini yang menjalar kesegala arah. Kemudian jalan setapak akan samapai didaerah bebatuan yang di sebut Musero-sero diketinggian 2.320 m dpl. aerah ini diyakini oleh penduduk setempat sebagai pusat kerajaan jin untuk daerah Kolaka Utara. Disini terdapat sebuah batu yang seperti meriam dan moncongnya menhadap kearah "KABAH" tebing batu nun jauh di sebelah Timur. Setelah sehari berjalan baru sampai di Camp III yang merupakan sebuah dataran seluas lapangan bulu tangkis yang berada di puncak bukit. Ketinggiannya 2.520 m dp, dari Camp III ini puncak terlihat jelas.
CAMP III - PUNCAK
Puncak Mekongga merupakan batuan gamping, untuk menuju kesana harus beberapa kali berpindah punggungan dan melipir . Mendekati puncak kita akan dihadapkan oleh sebuah tebing, tidak ada jalan lain tebing tersebut harus dipanjat untuk mencapai puncak Mekongga. Hati-hati karena batruan tebing ini mudah lepas.Puncaknya merupakan bebatuan tajam yang cukup luas.

(Gambar puncak merapi dari kawah mati)
Gunung merapi terletak di pulau jawa, tepatnya di jawa tengah. Gunung merapi ini merupakan gunung yang memiliki aktivitas magma yang cukup tinggi, walaupun demikian gunung merapi ini merupakan gunung yang banyak penggemarnya, dimana pada hari-hari besar seperti pada tanggal 1 januari dan 17 agustus gunung merapi sangat ramai pengunjung yang ingin meninkmati indahnya gunung merapi dan menaklukkan tinggi dan terjalnya mendaki ke puncak gunung merapi. Dan tidak kalah menariknya pada setiap tanggal 17 agustus di lereng merapi, tepatnya di selo kabupaten boyolali ada parade/karnaval kesenian tradisional (seperti: barongan, berbagai karya masyarakat sekitar, dan masih banyak kesenian seru lainnya) di sepanjang jalan desa selo kabupaten boyolali
INFO
Bagi anda yang suka mendaki dan berpetualang.

Jalur pendakian gunung merapi berawal dari selo boyolali, yang disitu terdapat basecamp merapi bagi pendaki untuk persiapan pendakian dan istirahat, di basecamp merapi tersebut juga menjual pernak-pernik/asesoris gunung merapi (seperti: kaos, stiker, gantungan kunci perlengkapan pendakian dan sebagainya) dan juga sebelum sampai basecamp terdapat joglo peristirahatan pada saat masuk jalur ke basecamp merapi. Dari basecamp merapi itu kita mulai perjalanan ke newselo yang disitu terdapat gardu pandang, dimana kita dapat menikmati keindahan gunung merbabu dari joglo new selo.


Dari newselo kita dapat melanjutkan perjalanan mendaki melewati perkebunan masyarakat disepanjang jalur menuju salter dan diatas adalah gambar pemandangan gunung merbabu dari salter merapi dan pada saat itu kami juga berpapasan dengan touris manca negara yang mendaki digunung merapi. Di jalur salter ini terdapat dua cabang jalur menuju puncak merapi, dimana bila kita ambil jalur kiri itu adalah jalur alternative yang nantinya akan langsung sampai ke pos II dan bila kita lurus itu adalah jalur utama menuju pos I (patok I).


Dari pos I dan pos II kita dapat melajutkan perjalanan menuju pasar bubrah yang jalurnya dapat dilihat pada gambar diatas. Disitu merupakan jalur yang berbatu dan berpasir. Jalan berbatu dan berpasir itu akan anda jumpai dan hadapi terus dari kawah mati sampai anda kepuncak garuda gunung merapi.

Gunung Papandayan berdiri tegak tidak jauh dari Gunung Cikurai, gunung ini mempunyai ketinggian 2.665 m dari permungkaan laut dan merupakan salah satu tujuan wisata pegunungan yang banyak didatangi oleh turis baik asing maupun domestik karena jalan aspal mulus membentang hingga keatas gunung ini membuatnya mudah dicapai dengan kendaraan. Pengunjung bisa mengendarai kendaraan hingga keatas gunung ini dan memarkir kendaraannya tidak jauh dari kawah. Gunung ini juga mempunyai lokasi camping yang banyak dimanfaatkan oleh para remaja disekitar kota Bandung dan Garut untuk berakhir pekan. Selain akses yang mudah di gunung ini juga banyak terdapat warung-warung yang menjual makanan dan minuman ini sangat memudahkan bagi pengunjung yang bukan pendaki gunung sekalipun untuk menikmati keindahan alam di Gunung Papandayan ini.
Tapi bagi sebagian pendaki gunung, Papandayan tidak terlalu populer, karena cap sebagai gunung turis sudah terlanjur menempel pada gunung ini. Kemudahan-kemudahan tersebut bagi mereka telah menghilangkan sisi tantangan yang biasanya ada pada saat pendakian gunung. Acap kali mereka mengatakan Papandayan sebagai gunung yang gampang ngga perlu susah untuk sampai kesana, tidak ada tantangan dan sebagainya sehingga banyak para pendaki gunung yang sudah mendaki puncak-puncak gunung di berbagai wilayah di Indonesia, tapi belum pernah mengunjungi gunung ini. Terlebih lagi semenjak letusan yang terjadi pada tahun 2002 telah merubah bentuk kawah dan juga ada beredar kabar bahwa Pondok Salada yang merupakan tempat yang paling menarik di gunung ini dan banyak dijumpai bunga abadi edelweiss telah hancur tertimbun oleh pasir letusan gunung dan juga pohonnya habis terbakar oleh awan panas letusan.
Walaupun berbagai anggapan karena kondisi-konsidi tersebut, sebenarnya Papandayan memiliki pesona yang tidak kalah dengan gunung yang lainnya di Indonesia. Gunung ini memiliki medan kontur yang bervariasi, jalur setapak menuju kawasan puncak gunung ini tidak melulu tajakan tejal akan tetapi juga ada beberapa lapangan atau alun-alun yang sangat menarik selain itu gunung ini juga kaya dengan air hutan dikawasan puncaknya juga masih bagus. Ada jalur trekking yang sangat menantang untuk dilewati yaitu mulai dari parkiran mobil melewati alun-alun Pondok Salada kemudian naik dan melipiri sebuah punggungan kemudian akan bertemu dengan sebuah alun-alun besar yang dikenal dengan nama Tegal Alur, dari sini jalan setapak akan memasuki daerah hutan. Jalur trekking ini melewati puncak Papandayan dan kemudian turun menuju arah parkiran yang muncul di belakang dari parkiran tersebut. Jalur trekking ini bisa dilewati kurang lebih 7 – 8 jam tergantung keadaan fisik masing-masing.
Saat ini keadaan Papandayan pasca letusan tahun 2002 lalu, sudah mulai membaik, rumput dan pepohonan di Pondok Salada sudah kembali tumbuh seperti yang dilangsir oleh highcamp.info dari salah seorang member milis highcamp yang melakukan perjalanan hiking baru-baru ini ke Papandayan. “Kondisinya bagus kok, hanya dinding kawah besarnya runtuh dan kawah tambah besar, di Pondok Salada sendiri rumput sudah mulai tumbuh dan pohonnya pun sudah rimbun” ujarnya. “Cuma masih ada larangan camping di Pondok Salada agar tidak merusak proses pertumbuhan dari rumput-rumput disana. Dan di beberapa hutan yang tidak jauh dari Tegal Alur pohon-pohonnya masih terlihat tanpa daun dan hangus, mungkin akibat awan panas sewaktu letusan dulu” lanjut dia menjelaskan kondisi Gunung Papandayan saat ini. Secara umum kondisi gunung ini bagus dan tetap dibuka untuk kegiatan para pendaki gunung dan pengunjung umum lainnya.
Jadi meskipun gunung ini bisa didaki dengan kendaraan, akan tetapi masih ada sisi menarik dari gunung ini dan letusannya tidak menghilangkan keindahan dari gunung ini, tapi justru menciptakan keindahan lainnya. Keadaan medan yang bervariasi membuat gunung ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai arena latihan bagi para petualang dan pendaki gunung. Dan bagi pengujung umum yang bukan pendaki gunung, jalan yang mulus yang bisa dilewati kendaraan sedan sekalipun akan memudahkan anda mencapai gunung ini dan menikmati pemandangan spektakuler dari kawahnya, selain itu jika cuaca cerah selama perjalanan mendaki dari jendela mobil anda bisa menikmati pemandangan yang terhampar diantara Gunung Papandayan dan Gunung Cikurai. Akses ke gunung ini mudah sekali dari Kota Garut arahkan kendaraan anda menuju Cijulang dan saat sampai di pertigaan Cisurupan ambil jalan lurus jangan berbelok dan jalan ini akan menuntun anda hingga ke lokasi parkiran yang tidak jauh dari kawah Gunung Papandayan.

Gunung Merbabu adalah gunung api yang bertipe Strato (lihat Gunung Berapi) yang terletak secara geografis pada 7,5° LS dan 110,4° BT. Secara administratif gunung ini berada di wilayah Kabupaten Magelang di lereng sebelah barat dan Kabupaten Boyolali di lereng sebelah timur, Propinsi Jawa Tengah.
Gunung ini pernah meletus pada tahun 1560 dan 1797. Dilaporkan juga pada tahun 1570 pernah meletus, akan tetapi belum dilakukan konfirmasi dan penelitian lebih lanjut. Puncak gunung Merbabu berada pada ketinggian 3.145 meter di atas permukaan air laut.

Gunung Merbabu cukup populer sebagai ajang kegiatan pendakian. Medannya tidak terlalu berat namun potensi bahaya yang harus diperhatikan pendaki adalah udara dingin, kabut tebal, hutan yang lebat namun homogen (hutan tumbuhan runjung, yang tidak cukup mendukung sarana bertahan hidup atau survival), serta ketiadaan sumber air. Penghormatan terhadap tradisi warga setempat juga perlu menjadi pertimbangan.

Gunung Merbabu memiliki 3 tipe ekosistem hutan, yaitu : ekosistem hutan hujan tropis musim pengunungan bawah (1.000 - 1.500 m dpl), ekosistem hutan hujan tropis musim pegunungan tinggi (1.500 - 2.400 m dpl), dan ekosistem hutan tropis musim sub-alpin (2.400 - 3.142 m dpl).

Jalur Pendakian Merbabu



1. Jalur Pendakian Chuntel

Jalur pendakian ini terletak di Dusun Chuntel Desa Kopeng Kecamatan Getasan. Jalur ini adalah jalur yang cukup ramai karena mudah dijangkau dari kota Salatiga, Semarang dan Magelang. Rata-rata dilalui oleh 80 pendaki setiap bulan, dan di musim liburan mencapai 600 pendaki.

Sarana dan prasarana di Jalur Pendakian Chuntel meliputi: base camp di rumah penduduk dan jalur pendakian berupa jalan tanah dengan beberapa penunjuk arah.

Jarak dan waktu tempuh :

Basecamp - Pos Bayangan I = 1 km (20menit)
Pos Bayangan I - Pos Bayangan II = 1 km (30menit)
Pos Bayangan II - Pos I = 456 m (20menit)
Pos I - Pos II = 527 m (30menit)
Pos II - Pos III = 506 m (30menit)
Pos III - Pos IV = 1389 m (90menit)
Pos IV - Persimpangan = 1 km (60menit)
Persimpangan - Pnck.Sarip = 200 m (15menit)
Persimpangan - Pnck.Kenteng Songo = 450 m (30menit)
standar yang dipakai adalah standar pendaki pada umumnya.

Obyek menarik :

Pos Pemancar atau sering juga di sebut gunung Watu Tulis berada di ketinggian 2.896 mdpl. Di puncaknya terdapat stasiun pemancar relay. Di Pos ini banyak terdapat batu-batu besar sehingga dapat digunakan untuk berlindung dari angin kencang. Namun angin kencang kadang datang dari bawah membawa debu-debu yang beterbangan.

Dari lokasi ini pemandangan ke arah bawah sangat indah, tampak di kejauhan Gunung Sumbing dan Gunung Sundoro, tampak Gunung Ungaran di belakang Gunung Telomoyo.

2. Jalur Pendakian Wekas

Wekas merupakan jalur pendakian yang ramai, karena aksesibilitasnya mudah dijangkau dari kota Magelang dan Yogyakarta. Rata-rata dilalui oleh 70 pendaki setiap bulannya, di musim liburan mencapai 500 pendaki.

Sarana dan prasarana di Jalur Pendakian Wekas meliputi base camp di rumah penduduk dan jalur pendakian berupa jalan tanah dengan beberapa penunjuk arah.

3. Jalur Pendakian Selo



Jalur pendakian ini terletak di Dusun Tarubatang Desa Selo Kecamatan Selo. Seperti Chuntel, jalur Selo juga cukup ramai karena mudah dijangkau dari kota Solo, Boyolali, Muntilan, dan sekitarnya. Rata-rata dilalui oleh 50 orang pendaki setiap bulannya, dan di musim liburan/event khusus mencapai 300 pendaki.

Sarana dan prasarana di jalur Selo meliputi base camp di rumah penduduk, pos retribusi pendakian, dan jalur pendakian berupa tanah dengan beberapa penunjuk arah.

4. Jalur Pendakian Candisari

Jalur Candisari terlelak di Dusun Candilaras Desa Candisari Kecamatan Ampel. Jalur ini biasanya dilalui oleh para peziarah, kurang ramai dengan rata-rata pendaki 8 orang setiap bulan dan pada musim libur/event khusus mencapai 50 pendaki.

Sarana dan prasarana di Jalur Pendakian Candisari meliputi base camp di rumah penduduk dan jalur pendakian berupa jalan tanah dengan beberapa penunjuk arah.

5. Jalur Pendakian Tekelan

Tekelan merupakan jalur pendakian ramai, karena mudah dijangkau dari kota Salatiga, Semarang, dan Magelang. Rata-rata dilalui oleh 60 pendaki setiap bulan, di musim liburan mencapai 500 pendaki.